Setelah Erdogan naik menjadi Presiden Turki, banyak hal yang berubah dalam arah politiknya. Dari pendekatan terhadap mayoritas negara yang membenci Islam dan bagaimana hubungan diplomatiknya dengan negara muslim maupun non-muslim.
Banyak yang bisa kita pelajari dari langkah Turki. Awalnya ia sangat pro negara Barat dimasa sebelum Erdogan masuk ke pemerintahan Turki, namun berubah menjadi kontra-Barat setelahnya. Hanya saja, dengan begitu tidak langsung menolak mentah-mentah kerjasama.
Turki melakukan pendekatan ekonomi dan politik jika itu diperlukan. Seperti terbukanya diplomasi Turki-Israel yang banyak ditentang negara Islam. Dibalik itu, Turki bermaksud untuk membuka jalur legal dalam memberikan bantuan ke Gaza yang ditutup Israel.
Negara yang berada di dua benua tersebut juga membantu Eropa dalam penampungan sementara imigran dari Suriah. Sebelum itu, Turki sudah menerima imigran dari negara yang sedang berkonflik akibat Arab Spring. Bantuan tersebut atas dasar menolong sesama saudara muslim.
Bahkan ketika Uni Eropa menyalahi perjanjian perihal bantuan dana untuk imigran yang ditampung sementara Turki. Tidak serta merta Turki menolak para pengungsi yang datang. Justru Turki mengusulkan sebuah program zona aman untuk penduduk Suriah yang mencari tempat aman dan bekerja sama dengan Amerika. Disana mereka bisa tinggal di bangunan bukannya tenda.
Keinginan Turki Menjadi Uni Eropa
Turki telah mendaftarkan dirinya untuk ikut dalam program intergrasi Uni Eropa. Hal ini bersamaan dengan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Jika saja Uni Eropa menerima Turki, mungkin Turki menduduki negara yang berpengaruh di Uni Eropa bersama dengan Jerman. Suaranya akan menjadi pertimbangan dalam setiap kebijakan Uni Eropa. Akan menjadi keuntungan bagi politik Islam di Eropa. Karena Turki bisa membawa isu Islam dalam lingkup Uni Eropa yang mayoritas non-muslim.
 Ini sudah diprediksi negara anggota Uni Eropa, maka dari itu menjadi hal yang sulit untuk memasukkan Turki ke dalam Uni Eropa. Namun mereka harus mencari negara yang mampu mengisi posisi Inggris.
Apalagi jejak Turki yang terbilang tegas dengan negara Muslim maupun non-Muslim. Kita bisa melihat serangan Turki terhadap Kurdi Suriah, ini sudah memicu hubungan panas Suriah-Turki. Sekaligus menjadi ancaman Uni Eropa yang takut dengan pengaruh ISIS di kawasannya.
Meski Turki berkeinginan masuk Uni Eropa, jika tindakan Uni Eropa tidak benar dimatanya maka ia akan bertindak. Seperti kritikan Uni Eropa mengenai invansinya, Turki justru mengancam balik Uni Eropa dengan imigran yang ditampung Turki.