Sudah barang tentu ada banyak cara untuk menggagalkan kemenangan sudah yang didepan mata. Tahun 1999 di final Piala Champion kesebelasan Manchester United (MU) berhasil membuat Bayern Munchen menangis gigit jari di 2 menit terakhir. Minggu lalu MU juga menggagalkan kemenangan lagi, kali ini kemenangan dia sendiri. Lewat 2 gol bunuh diri, untuk tidak mengalami kekalahan pun juga kemenangan.
Titik akhirlah yang menjadi penentu siapa yang menang siapa yang kalah. Selama belum sampai di titik itu keadaan masih dianggap sementara. Situasinya belum bisa dipastikan, bisa saja berubah di tengah-tengah atau malah hanya beberapa detik sebelum ujung waktu tiba. Siapa saja harus berhati-hati hingga akhir benar-benar usai jika tidak mau dianggap tragis.
Ramadhan 1444H yang sudah memasukin hari-hari akhir, peluang mendulang pahala lebih terbuka lebar. Itu janji Yang Maha Kuasa. Namun menjadi berakhir tragis juga ancaman yang nyata. Godaan-godaan pengurang fokus memperbanyak ibadah cukup banyak tersebar. Â Yang berhasil tidak terlena akan mampu merasakan kemenangan untuk dirayakan bersama keluarga tercinta di Hari Idul Fitri nanti.
Kemarin muncul kabar seorang bapak menceburkan diri ke sungai di hadapan istri dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah bersama. Percekcokan sepanjang jalan harus berakhir tragis hingga belum ditemukannya jasad si suami. Sudah pasti kemenangan Idul Fitri menjadi kesedihan. Sebuah kegagalan kemenangan, setidaknya bagi keluarga kecil itu.
Kegagalan kemenangan yang lebih besar juga ada, beberapa hari sebelumnya seluruh warga kota seperti tersengat beramai-ramai. Pucuk pimpinan tertinggi di sana tertangkap tangan petugas pemberantasan korupsi. Tidak dapat mengelak dengan barang bukti yang sudah di beberkan ke publik. Dia tidak sendirian, beberapa kolega juga tertunduk berbaju oranye.
Tentu saja semuanya prihatin, hari-hari akhir Ramadhan yang penuh berkah ini harus dihiasi dengan kisah-kisah kesedihan yang tragis. Tapi kita harus tetap optimis., siapa tahu semua itu merupakan pembersihan atas dosa-dosa yang telah lalu. Kemenangan jangka panjang jadi terasa lebih manis dan layak untuk diharapkan.Â
Siapa sih yang mau ditangguhkan hukumannya di dunia untuk kemudian ditimpakan semuanya di akhirat nanti. Tentu ini bukan pilihan seorang muslim.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H