Beberapa waktu lalu dunia dihebohkan oleh demonstrasi besar-besaran massa pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu gedung Capitol Hill. Demonstrasi tersebut berjalan ricuh usai para pendukung Trump merangsek masuk kedalam gedung Capitol Hill.
Demonstrasi tersebut didasari oleh massa pendukung Trump yang menolak hasil pemilu AS yang menetapkan Joe Bidden dari Partai Demokrat sebagai Presiden Terpilih Amerika Serikat. Gejolak massa diperparah dengan pernyataan Trump yang hingga saat terjadinya kerusuhan tersebut enggan mengakui kekalahan dan beralasan bahwa hasil pemilu telah dicurangi oleh kubu Demokrat. Bahkan dalam beberapa pernyataan, terlihat jelas bahwa Trump "mengajak" massa pendukungnya untuk menyerbu Capitol Hill. Demonstran berusaha untuk mecegah keputusan Senat yang akan mengesahkan Joe Biden sebagai pemenang pemilu.
KEMUNDURAN DEMOKRASI ATAU KEBEBASAN YANG KEBABLASAN?
Kita semua mengetahui bahwa Amerika Serikat adalah salah satu negara yang paling mengagung-agungkan Demokrasi dan kebebasan berpendapat. Namun disetiap kebebasan pasti akan ada selalu batasan dan aturan, nampak terlihat bahwa Trump dan para pendukungnya melanggar dari aturan-aturan tesebut.
Kontestasi pemilu adalah tentang siapa yang menang siapa yang kalah. Ketika pihak yang kalah tidak mau menerima kekalahan tersebut, itu merupakan salah satu bentuk dari kemunduran demokrasi. Trump dan para pendukungnya seolah menggunakan "kebebasan berpendapat" sebagai tameng atas pelanggaran yang telah ia perbuat.
Apalagi, buntut dari kejadian kerusuhan di Capitol Hill mengakibatkan penundaan sidang senat yang tengah berlangsung, meskipun pada akhirnya sidang kembali dilanjutkan dan berhasil menetapkan Joe Biden dan Kemala Haris sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat.
Para pemimpin dunia juga mengecam aksi kekacauan di Capitol Hill, mereka berpendapat bahwa aksi tersebut merupakan bentuk nyata dari pelanggaran Demokrasi. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Luar negeri Republik Irlandia, Simon Coveney yang menyebutkan kejadian di Capitol Hill merupakan serangan terhadap Demokrasi.
INDONESIA LEBIH BAIK?
Aksi kerusuhan di "DPR nya AS" ini mengingatkan kita terhadap kerusuhan di gedung DPR-RI tahun 1998 yang berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Soeharto saat itu. Tentu saja kita tidak bisa menyamaratakan kedua kejadian tersebut. Sistem perpolitikan di kedua negara sangatlah berbeda.Â
Meskipun demikian bila kita melihat kebelakang saat Pemilu Presiden RI 2019 lalu kita patut berbangga karena kondisi politik Indonesia masih sangat lebih stabil ketimbang kondisi Amerika pasca Pemilu kemarin. Pasangan calon yang kalah akhirnya legowo mengakui kekalahan meskipun opini yang beredar di Masyarakat masih sangat panas hingga saat ini.