Jika berbicara mengenai isu Uighur, sebagian besar orang Indonesia akan langsung naik pitam dan menguutuk keras apa yang telah pemerintah Tiongkok lakukan kepada para Muslim Uighur di Xinjiang. Namun benarkah isu Uighur merupakan isu agama seperti yang banyak masyarakat kita suarakan?Â
Uighur merupakan kelompok etnis yang berada di Daerah Otonomi Xinjiang, Tiongkok. Mayoritas dari masyarakat Uighur merupakan pemeluk ajaran Islam, agama yang cukup dibilang minoritas di Tiongkok.Â
Dari segi fisik saja sudah sangat terlihat perbedaan yang cukup terlihat antara etnis Uighur dengan penduduk China pada umumnya (Etnis Han). Secara etimologi, suku uighur lebih dekat dengan etnis Turki yang berada di Turki dan negara-negara asia tengah pecahan Uni Soviet dan juga Rusia Selatan.Â
Memang benar agama Islam dan agama lainnya tidak dilarang disana. Buktinya seperti Masjid Agung Xi'an di Provinsi Shaanxi yang telah berdiri sejak abad ke 7.Â
Namun aturan mengenai kebebasan beragama ini nampaknya berbenturan dengan kampanye sinofikasi yang dimulai oleh Presiden Xi Jinping yang mengharuskan semua adat dan budaya diluar Tiongkok harus menyesuaikan dengan adat dan budaya Tiongkok, dalam hal ini termasuk Agama.Â
Pemerintah Tiongkok memperketat aturan mengenai tempat ibadah dan bagaimana cara penduduknya beribadah. Seluruh masyarakat dan juga tempat ibadah dari agama manapun harus menyesuaikan dirinya dengan adat dan budaya Tiongkok. Tidak hanya Masjid, namun juga Gereja, Kuil, Sinagog, Dan lainnya.
Dan bagi warga Tiongkok yang memeluk agama Islam, sebagian tidak masalah seperti muslim dari kalangan etnis Han yang merupakan etnis mayoritas di Tiongkok. Namun bagi etnis lainnya, seperti etnis Hui dan Uighur nampaknya cukup memberatkan.Â