Ditengah gegap gempita piala dunia, tiba-tiba muncul nama lalu Muhammad Zohri. Pemuda kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat yang secara mengejutkan menjadi juara dunia lomba lari 100 meter putra pada kejuaraan Atletik Dunia U-20 Â di Finlandia.
Lalu Muhammad Zohri berhasil menjadi yang tercepat, mengalahkan 7 finalis lainnya yang berasal dari Amerika Serikat, Jamaika, Jepang, Inggris, Swedia dan Afrika Selatan. Dimana pada awalnya tidak ada yang menyangka karena nama Zohri sama sekali tidak diunggulkan dan terkesan tidak diperhitungkan oleh lawannya karena berlari di lintasan ke delapan yang secara tradisional tidak diperuntukkan bagi atlet yang difavoritkan untuk memenangkan lomba.
Bahkan bagi tim official Indonesia yang mendampinginya di Tampere, Finlandia. Terlihat dari ketidaksiapan tim official Indonesia memberikan bendera merah putih kepada Zohri setelah Zohri diumumkan sebagai yang tercepat dilintasan. Â Alhasil, butuh waktu cukup lama bagi Zohri untuk merayakan selebrasi juaranya.
Karena capaiannya tersebut tak perlu waktu lama, nama Zohri melambung dan sejenak seakan menghentikan pemberitaan piala dunia yang sedang berlangsung, berbagai apresiasi diberikan dari petinggi Negara, Presiden, menteri dan anggota dewan, pimpian daerah, serta warganet. Terbukti nama Zohri seketika menjadi treding topik di dunia maya.
Apa yang Zohri lakukan memang pantas di apresiasi setinggi-tingginya, Â mengingat presentasinya yang luar biasa sebagai orang pertama Indonesia yang meraih mendali emas dalam kompetisi atletik manapun yang pernah digelar oleh Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF)
Karena prestasinya tersebut, banyak orang mulai penasaran dengan sosoknya serta mencari latar belakang si pemecah rekor mendali emas pertama Indonesia tersebut, dan dari  penelusuran beberapa media, diketahui sosok Zohri merupakan pemuda yang sangat sederhana, bahkan jauh dari kesederhanaan jika melihat tempat tinggalnya yang memprihatinkan di Dusun Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Meski dengan keterbatasannya tersebut, Zohri tetap berlatih secara giat dan bersungguh-sungguh. Dimana menurut penuturan kakak kandungnya, Baiq Fazilah, adiknya ini kerap latihan telanjang kaki karena tidak memiliki sepatu yang layak.
Dan dari jerih payah ditengah keterbatasan tersebutlah, Zohri sukses mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia di ajang kejuaraan dunia Atletik Dunia U-20 Finlandia dengan catatan waktu 10.18 detik yang merupakan catatan waktu terbaiknya sejauh ini, serta membuat namanya masuk kedalam jajarang elit pelari dunia U-20 seperti yang dilansir IAAF. Rekor tersebut juga juga semakin mendekatkan dirinya dengan catatan waktu manusia tercepat Asia Tenggara, Suryo Agung Wibowo yang tak lain seniornya, pelari kebanggan Indonesia juga, dengan catatan waktu 10.17 detik.
Sebagai sosok yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali, walaupun dari segi presestasi. Zohri termasuk atlet yang cukup membanggakan, terbukti dari beberapa raihan prestasi yang diukirnya sebelum mengikuti kejuaraan Atletik Dunia U-20 Â di Finlandia.Â
Di Kejuaraan Nasional Antar PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar) November 2017, Lalu berhasil menorehkan waktu 10,25 detik di nomor lari 100 meter. Angka fantastis ini sekaligus memecahkan rekor sebelumnya 10,45 detik, yang diraih Sudirman Hadi.
Namanya mulai dikenal saat mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) U-18 dan U-20 di Stadion Atletik Rawamangun, Jakarta, April 2017. Dia kemudian dipilih oleh Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) memperkuat Kejuaraan Asia Atletik Junior, Juni 2018 di Jepang dan secara mengejutkan Zohri berhasil meraih medali emas masih di nomor 100 meter dengan catatan waktu 10.27 detik yang memuluskan langkahnya untuk tampil di kejuaraan Atletik Dunia U-20 Â di Finlandia. Tak hanya itu, Zohri juga berhasil menyumbang emas di nomor 200 m Pada Kejuaraan Dunia Remaja di Kenya Juli Lalu.