Mengapa harus puasa whatsapp?
“Ummi! Bentar-bentar lihat HP, sekalinya lihat lama banget!” Protes anak laki-lakiku dengan nada gusar.
Bukan satu atau dua kali saja, dalam 3 bulan terakhir sudah lebih dari sepuluh kali ucapan dengan nada yang sama terlontar dari mulutnya.
Sebenarnya menggunakan aplikasi whatsapp sudah cukup lama namun karena masuk salah satu grup keren KPLJ (Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat) yang diketuai Bapak Idris Apandi yang memicu untuk banyak menulis, akhirnya membuatku tergila-gila menggunakan whatsapp. Ini adalah tulisanku yang sempat ku posting setelah keluar dan masuk lagi grup.
Sebuah Pengakuan
Berkali-kali aku mengaduh (Aduh! Waduh! Hadeuh! Euh!) saat kuingat janjiku pada ibu-ibu cantik yang ‘tertanam’ di grup ini.
Apalah kiranya yang dapat kuberikan hingga ibu-ibu baik hati dan tidak sombong itu puas dengan ulasan yang kujanjikan.
Padahal selama dua hari, aku akan pergi tanpa membawa alat komunikasi.
Kulihat, tumpukan buku yang akan kubawa esok pagi belum kusentuh sedikitpun. Mereka termangu menatapku seperti berkata:
Kau tak pedulikan kami begini rupa?
Kau tak sayang kami lagi! Kau mulai benci!
Sekarang giliran diriku yang termangu, aku berpikir keras dan sepertinya tulisan ini tak akan tamat.
Sebenarnya, kebiasaanku lah yang ingin kuungkap dalam tulisan ini. Namun, sepertinya akan banyak mengikutkan kebiasaan teman-temanku di sini. (Mengikutkan = melengkapi; menambahkan; menegaskan dan menyempurnakan).
----
Tergila-gila,