Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Empat Puluh Lima

31 Mei 2017   13:10 Diperbarui: 29 November 2018   15:23 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu berlalu menderas dari detik ke detiknya. Tak terasa esok genaplah dirimu persis seperti tahun Indonesia merdeka, '45.

Istimewakah menurutmu? 

Ada apa dalam dirimu di genap usiamu itu?

Bilamana hatimu merasa paling istimewa?

Semua jawabnya ada didirimu saja.

Aku, sahabatmu hanya ingin membantu mengingatkanmu.

Kita melewati waktu yang teramat singkat. Hanya satu catur wulan saja namun betul rasanya mengenalmu berwindu lamanya. 

Empat puluh lima, kata merdeka ada dihidupmu. Kau pria istimewa dimataku. Kau tulis apa saja yang kau mau dan jadilah karya tak biasa. Karya yang kunilai menggoda hatiku untuk selalu membacanya berulangkali. 

Empat puluh lima, kata kebebasan yang kau terima dihidupmu, melanglang buana menjadi saksi nyata hutan-hutan yang kau puja. Meski terkadang kau banyak terluka bahwa bebasmu hanya langkah semata yang tak lupa kau selipkan air mata karena kau tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Empat puluh lima, kata hidup penuh liku dan warna-warni setara pelangi.

Merah, kala semangatmu membara membiarkan jiwa penuh cinta pada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun