Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebelum Tiga Belas

14 Februari 2019   13:37 Diperbarui: 14 Februari 2019   16:03 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://babyology.com.au

"Aku menyesal telah meninggalkan kalian di panti," suara lirih wanita yang katanya ibu kandung mereka, terdengar teramat pelan dan samar.

Belantara Cinta yang paling dulu meneteskan air mata, kebenciannya pada ibu kandung telah lama sirna. Apalagi saat menyaksikan ibu mereka dalam keadaan sakit parah. 

Demikian pula dengan Tegar, sebelum melihat keadaan ibunya yang sekarang, ia selalu membayangkan seorang wanita dengan api neraka muncul di kedua matanya. Seringai serigala dan gigi-gigi tajam sering hadir menghiasi mimpinya bila ia teringat akan sosok seorang ibu.

Lenyap sudah khayalan buruknya selama ini. Keadaan wanita ini lebih mengerikan dari yang disaksikannya dalam mimpi. 

"Ternyata aku salah duga, kupikir kalian adalah neraka bagiku," wanita itu terbatuk-batuk dan darah segar muncrat dari mulutnya. 

Kain alas di atas dadanya telah penuh dengan darah. Bau anyir menyeruak tajam di seluruh ruangan. Pengharum ruangan beraroma Lavender kalah oleh bau amis yang menyengat.

"Apa perlu kupanggilkan suster, Bu!" Hati Melati memberanikan diri bertanya pada sosok cantik yang mengerikan itu.

Wanita itu menggelengkan kepala. Ia memaksa duduk dan bersandar pada susunan bantal yang sangat lembut. 

"Aku mohon pengampunan dari kalian, aku telah salah duga selama ini."

"Aku ingin kalian tinggal di sini, ini adalah rumah kalian." nafasnya menderu. Sepertinya ia mengeluarkan segenap tenaganya untuk bicara.

Mereka bertiga saling tatap akhirnya menganggukkan kepala. Siapa pula yang bakal tega tak mengindahkan keinginan seorang ibu yang hampir sekarat. Ia keracunan minuman yang diraciknya sendiri. Terlalu takut untuk menjadi tua hingga segenap cara ia coba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun