Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seandainya Kini Mei, Sayang

22 Januari 2019   18:01 Diperbarui: 22 Januari 2019   18:10 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seandainya kini Mei, sayang
mulutmu tak lagi setajam pedang
katakatamu tak lagi menghunjam
bisa jadi aku dan kau terdiam

Seandainya kini Mei, sayang
telingaku sesepi Pantai Tirang
para pejabat telah duduk tenang
di kursi terhormat dengan wajah girang

lalu kau dan aku berjuang kembali
menemukan rasa yang telah lama pergi
rasa damai yang pernah menetapi
jiwa-jiwa tanpa setetes prasangka

Seandainya kini Mei, sayang
kutunggu tawamu kembali berkumandang,
saat bercerita tentang tembang sumbang;
kita adalah pelanduk yang terinjak. Sungguh malang

Seandainya kini Mei, sayang
kau dan aku akan sama-sama berpeluh
menahan lapar tanpa tangis atau keluh
karena kursi kosong itu telah terisi:

para pemilik hati yang terbuat dari besi

Bandung, 22 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun