Seandainya kini Mei, sayang
mulutmu tak lagi setajam pedang
katakatamu tak lagi menghunjam
bisa jadi aku dan kau terdiam
Seandainya kini Mei, sayang
telingaku sesepi Pantai Tirang
para pejabat telah duduk tenang
di kursi terhormat dengan wajah girang
lalu kau dan aku berjuang kembali
menemukan rasa yang telah lama pergi
rasa damai yang pernah menetapi
jiwa-jiwa tanpa setetes prasangka
Seandainya kini Mei, sayang
kutunggu tawamu kembali berkumandang,
saat bercerita tentang tembang sumbang;
kita adalah pelanduk yang terinjak. Sungguh malang
Seandainya kini Mei, sayang
kau dan aku akan sama-sama berpeluh
menahan lapar tanpa tangis atau keluh
karena kursi kosong itu telah terisi:
para pemilik hati yang terbuat dari besi
Bandung, 22 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H