Mohon tunggu...
Mania Telo
Mania Telo Mohon Tunggu... swasta -

@ManiaTelo : Mengamati kondisi sosial,politik & sejarah dari sejak tahun 1991

Selanjutnya

Tutup

Money

SBYnomics vs Jokowinomics

30 September 2015   20:42 Diperbarui: 30 September 2015   20:42 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ini bukan tulisan yang "njlimet" hal ilmu ekonomi dengan data-data pertumbuhan dan segala macam terkait indeks pelemahan mata uang Rupiah dan mata uang negara-negara lain terhadap US Dollar,tetapi ini membandingkan bagaimana "perasaan" dan "dampak" secara ekonomi dan sosial-politik yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia saat krisis ekonomi terjadi pada pemerintahan SBY dan pemerintahan presiden RI ke-7 ,Jokowi.

Walau ada kontroversi dan silang pendapat terkait perbedaan krisis 1998,2008 dan 2015 sekarang ini oleh banyak pengamat,namun rakyat Indonesia pada dasarnya hanya tahu satu sisi saja,yaitu apakah "orang kecil" diabaikan atau cuman hanya pengusaha-pengusaha yang sudah kaya raya saja yang diperhatikan oleh Pemerintah melalui paket-paket ekonomi yang diluncurkan untuk membendung krisis lebih dalam lagi.

Pada kenyataannya,SBYnomics berhasil membuat rakyat Indonesia selamat sentosa selama 10 tahun pemerintahannya,sehingga melahirkan banyak kelas menengah bermunculan. Orang-orang yang meningkat dewasa pada periode tahun 2004-2014 berhasil menjadi kelas menengah yang sekarang cukup banyak ber-investasi di properti,mempunyai gaya hidup yang sering ber-pelesiran ke Luar Negeri di setiap liburannya,menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta prestisius,mempunyai bisnis yang cukup baik dengan macam-macam kategori bisnis,dan terpenting menjadi "primadona" di tempat kerjanya karena dianggap sebagai "the future boss" walaupun minim pengalaman. Mereka inilah generasi "optimisme" Indonesia,karena segala sesuatu dipandang mudah dan tak perlu kerja keras tetapi menghasilkan "gain" yang luar biasa. 

Di era pemerintahan SBY,orang-orang dewasa yang merasakan "krisis 1998" dan bertumbuh sebagai generasi peralihan memasuki dunia demokrasi atau dunia "bebas" , lahir sebagai generasi yang lebih "rasional" karena belajar sejarah sosial-politik Indonesia lebih lengkap,dari "tirani ORBA" ke demokrasi terbuka ; Mereka yang sukses dalam kehidupan rumah-tangga,komunitas,pemerintahan dan pekerjaan serta bisnisnya,dianggap sebagai orang yang cukup tahu bagaimana mempersiapkan masa depan ketika masa sulit itu akan terjadi. Yang termasuk didalam generasi ini adalah orang-2 yang sekarang berusia diatas 40 tahun,termasuk Presiden Jokowi.

Generasi pasip yang tidak cukup menikmati "kejayaan ekonomi" di era pemerintahan SBY adalah orang-orang yang saat sekarang berusia diatas 75 tahun,karena mereka mengalami kehidupan krisis di era pemerintahan ORLA,ORBA dan krisis 1998 ; Sehingga "nyali" mereka tidak cukup kuat untuk meraih peluang saat SBYnomics terjadi,mereka lebih senang memparkir uangnya di Bank,atau properti yang sudah ada saja.

Di setiap generasi,ada sekumpulan banyak orang yang disebut sebagai "rakyat jelata" yang memang selalu hidupnya susah dan bergantung pada belas kasih orang lain maupun negara.

Nah,generasi-2 inilah yang sekarang harus dilayani oleh Presiden Jokowi dalam Jokowinomics-nya,ditambah jutaan generasi muda yang pada tahun 2015 tumbuh sebagai generasi produktif yang membutuhkan kesempatan kerja tetapi sulit mendapatkan pekerjaan di era krisis ekonomi ini.

Jokowinomics memang belum selesai,tetapi baru awal dari hampir setahun pemerintahannya ; Namun dampak dari kebijakan dan kepemimpinannya mulai dirasakan oleh generasi-generasi diatas. Orang-orang muda yang "sukses" berkat SBYnomics mulai kelimpungan karena sudah terlanjur ber-investasi portofolio,saham/obligasi/reksadana & properti ; Semuanya yang di investasikan mulai sulit mendapatkan "gain" ; Tetapi gaya hidupnya sudah tidak mungkin di stop atau mundur ke belakang. Orang-orang ini dipastikan akan tidak tahan krisis dalam jangka waktu lama (misal melewati 2015),apalagi bila nilai Rupiah terus terpuruk. Mereka akan menjadi generasi "tidak tahu diri" karena gaya hidup yang sudah terbentuk. Generasi ini membantu bisnis kuliner masih berjalan hingga saat kini.

Untuk generasi yang berusia diatas 40 tahun sekarang ini,keadaannya masih jauh lebih baik,karena mereka masih ada "Savings" dsb. Generasi ini banyak yang "malu hati" karena sudah terlanjur memilih Jokowi sebagai Presiden,sehingga tetap saja berharap ada "mujizat" dalam krisis ekonomi ini.

Sedangkan generasi yang sekarang usianya sudah diatas 75 tahun,mulai banyak yang harap-harap cemas karena mereka inilah saksi sejarah panjang krisis-krisis yang pernah terjadi di Indonesia dari sejak kemerdekaan RI. Mereka generasi yang sekarang sering was-was terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia akibat krisis ekonomi yang terjadi.

Nah,untuk rakyat jelata yang ada sekarang ini,hidupnya tetap saja susah dan berharap kepada negara,maka di era Jokowinomics hanya berharap presiden Jokowi sering-sering blusukan untuk bagi-bagi beras dan buku tulis yang menjadi andalan kepemimpinannya,sambil tertawa khas yang membuat rakyat kebanyakan merasa bahwa presiden Jokowi itu seperti mereka,yaitu walau hidup susah tetap saja tertawa  ....! Di era SBYnomics,mereka akan tertawa ketika BLT (Bantuan langsung Tunai) dibagikan...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun