Mohon tunggu...
Mania Telo
Mania Telo Mohon Tunggu... swasta -

@ManiaTelo : Mengamati kondisi sosial,politik & sejarah dari sejak tahun 1991

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Mahkluk Pintar Pura-Pura & Tidak Jujur

28 April 2012   13:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:00 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu hari seorang teman mengatakan bahwa di dia dan keluarganya adalah sangat terbuka dan apa adanya,sehingga akan mengatakan apa adanya bila menyatakan sesuatu atau tidak pernah menutup-nutupi. Mendengar itu maka tertawalah hati ini,kemudian secara refleks teringat akan sikap-2 manusia di bumi ini yang dari awal hingga sekarang ini penuh dengan kejadian-kejadian yang menggambarkan bagaimana para tokoh yang pernah menghiasi buku-buku sejarah,biografi / otobiografi bahkan sampai kepada para tokoh yang tertulis di kitab suci semua agama yang ada di bumi ini,kehidupan mereka di warnai dengan kepura-puraan dan ketidak-jujuran atau pernah berbuat demikian entah sekali atau dua kali di sepanjang hidup mereka.


Sikap manusia yang pintar berpura-pura bisa dilihat bagaimana mereka memainkan drama, sandiwara ataupun film yang perannya bahkan berlawanan dengan dirinya sendiri (antagonis) ; Yang kurang bagus aktingnya pun bisa berperan sesuai tuntutan skenario yang diminta. Dan sikap-2 itu secara lahiriah memang sudah ada sejak mahkluk manusia ini dilahirkan hingga sampai mereka mati. Seorang anak kecil pun bisa pintar berpura-pura lapar agar dirinya dibelikan makanan kesukaannya dan seterusnya bila dirinya menjadi dewasa juga akan melakukan hal yang sama sesuai "tuntutan" keadaan .


Tuntutan itulah yang mendorong manusia akhirnya memerankan suatu peran yang akhirnya harus berpura-pura atau tidak jujur. Siapapun,yang namanya manusia bahkan seseorang yang dianggap suci atau dianggap sebagai Nabi pernah melakukan hal tersebut sepanjang hidupnya dengan alasan sebuah "tuntutan"


Kenapa manusia memang dilahirkan pintar berpura-pura dan tidak jujur? Alasan klasik adalah karena dosa,tetapi yang lebih logis karena manusia adalah lahir sebagai mahkluk adaptif yang perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan sekitarnya.


Kepintaran manusia berpura-pura dan tidak jujur dipakai oleh banyak tokoh untuk menyelesaikan segala persoalan yang terjadi di dunia ini dengan bermacam-macam kepentingan menurut kondisi tuntutan yang ada. Ada yang akhirnya menimbulkan peperangan sampai dengan untuk mewujudkan perdamaian.


Di rumah tangga pun (skala paling kecil),tokoh kehidupan yang ada adalah sepasang suami-istri dan anak-anaknya serta saudara-2nya. Seorang teman menceritakan bagaimana dirinya sejak umur 8 tahun mengetahui ayahnya berselingkuh dan tidur dengan Pembantu Rumah Tangganya serta mendiamkan hal ini disimpan didalam hatinya seorang diri (hingga akhirnya diceritakan kepada penulis) dengan perasaan yang entah seperti apa untuk menghadapi realitas itu didalam kontak sosial dengan ayahnya. Dikatakannya pada setiap orang bahwa ayahnya seorang yang baik dan sebagainya adalah sebuah bentuk kepura-puraan dan tidak jujur dalam hatinya sejak umur 8 tahun sampai sekarang ini.


Demikian juga seseorang yang berselingkuh dan terus menyimpan perbuatannya untuk tidak menyampaikan kepada pasangannya adalah bentuk bagaimana pintarnya mahkluk manusia itu berpura-pura dan tidak jujur. Demikian pula dengan perbuatan-2 korup yang dilakukan oleh koruptor / manipulator dan terus disimpannya juga merupakan bentuk kepintaran manusia berpura-pura dan tidak jujur.


Bila semua manusia di bumi bersikap jujur atau tidak berpura-pura atas perbuatan-2 yang pernah dilakukannya atau sampai sekarang dilakukannya barangkali dunia ini bakal pecah perang yang maha dahsyat. Sebab ada satu lagi karakter manusia yang juga diberikan penciptanya yaitu rasa iri hati dan kecurigaan yang akhirnya membuat manusia harus terus berpura-pura dan tidak jujur. Ketidak-jujuran dan pura-pura karena sebuah tuntutan karena orang lain atau dirinya (satu sama lain) berlaku iri hati dan saling curiga .


Jadi,bila ada seseorang mengatakan bahwa dirinya sangat terbuka dan apa adanya,maka itulah awal bahwa orang tersebut sudah berpura-pura dan tidak jujur,entah kepada orang yang diajak bicara atau kepada orang lain.....Tetapi yang jelas terhadap dirinya sendiri....!


Tetapi,manusia tidak bisa berpura-pura dan tidak jujur kepada Sang Khalik...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun