Keberanian Ario Kiswinar mengungkap siapa jati dirinya didepan publik pada acara Hitam Putih dengan host Deddy Corbuzier memang mengagumkan. Kenyataannya "sang ayah" Mario Teguh sampai begitu emosional dan membuat pernyataan-pernyataan di Instagram maupun melalui pengacaranya untuk mensomasi pihak Ario dan Corbuzier. Mario Teguh yang selama ini terlihat "suci dan bersih" berkat kata-kata bijak yang selama ini ditayangkan oleh stasiun TV swasta mendadak sontak menjadi bahan tertawaan dan caci maki publik yang tidak senang dengan perilakunya yang "jarkoni" (Jarkoni = iso ngajar ora iso nglakoni,bahasa Jawa yang artinya bisa mengajar tetapi tidak bisa menjalaninya)
Kedua pihak sebenarnya sedang bertarung menjaga martabatnya masing-masing. Pihak Ario Kiswinar merasa perlu memperlihatkan kepada publik bahwa dia mempunyai martabat ; Bukan anak hasil selingkuhan yang selama ini dituduhkan oleh Mario Teguh. Martabat sebagai anak hasil hubungan sah suami-istri yang dibuktikan dengan surat-surat legal dan bahkan ada bukti foto-foto masa kecilnya bersama dengan Mario Teguh. Bahkan martabat yang perlu ditegakkan ini juga diterimanya tantangan untuk membuktikan secara ilmiah melalui test DNA bahwa dirinya adalah darah daging dari Mario Teguh. Perkara Mario Teguh menolak mengakuinya,paling tidak publik akhirnya mengetahui bahwa siapa yang bermartabat dalam kasus ini. Itulah martabat Ario Kiswinar.
Mario Teguh pun merasa perlu menjaga martabatnya,karena selama ini dia dikenal sebagai seorang motivator yang mempunyai keluarga yang bahagia dengan istri yang cantik dan dua anak yang cantik dan ganteng pula. Foto-foto di instagram dari Mario Teguh ingin menunjukkan kepada publik bahwa dirinya lebih pantas mempunyai anak si Marco daripada seorang Ario. Martabat sebagai motivator terkenal dengan kata-kata bijaknya juga perlu dijaga habis-habisan. Penyangkalan terhadap keterangan Ario Kiswinar sampai perlu dilakukan karena Mario Teguh tidak mau publik terpengaruh oleh informasi yang bisa menjatuhkan martabatnya.Â
Sayangnya pertarungan martabat ini kali ini Mario Teguh harus menelan kekalahan pahit. Sebab publik di Indonesia dan di dunia memang sangat kejam bilamana mendengar informasi negatif yang membongkar aib seseorang. Apalagi ini aib seseorang yang hampir dianggap "nabi baru" oleh para penggemarnya. Publik paling senang dengan "bad news" daripada "good news".
Martabat atau gengsi seseorang akan jatuh ketika semua hal yang negatif dari orang tersebut terkuak habis. Orang yang tidak belajar atau tidak siap dengan kejatuhan karena aibnya terbongkar akan terus menerus berusaha menutupi dengan kebohongan-kebohongan baru. Inilah yang membuat orang-orang tidak bisa bangkit kembali ketika aib-nya terbongkar habis.
Menyikapi kejatuhan sebuah martabat harus disikapi dengan semangat rendah hati,pengakuan yang tulus akan kesalahan-kesalahan yang dilakukan masa lalu dan masa sekarang akan lebih membuat orang mudah jatuh hati kembali. Tetapi bila kerendahan hati itu hanya pura-pura saja demi sebuah pencitraan,maka tak ayal kejatuhan martabat seseorang akan semakin parah.Â
Kasus Mario Teguh ini menjelaskan kepada publik bahwa kesombongan dan rasa tinggi hati ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan "dosa masa lalu" . Seseorang yang pernah berbuat salah sebaiknya mengakui dengan kerendahan hati daripada aibnya semakin terbuka dan semakin lebar. Tidak perlu takut akan kasus-kasus seperti yang menimpa Mario Teguh ini,sebab banyak juga kasus yang mirip tetapi sampai sekarang masih tertutup rapat.
Cerita-cerita perselingkuhan suami dan istri sudah bukan hal yang baru di bumi ini. Anak yang lahir dari suami-suami yang menyembunyikan istri gelapnya tidak kurang-kurangnya di dunia ini. Demikian pula dengan istri-istri yang berselingkuh dengan laki-laki lain dan melahirkan anak yang bukan anak suaminya juga tidak sedikit di bumi ini. Terus kenapa takut martabatnya jatuh...? Bukankah banyak orang yang melakukan..? Artinya kejatuhan dalam "dosa" seperti itu bukan hal yang aneh....!
Martabat hanya bisa ditegakkan bila ada kerendahan hati,bukan dengan kesombongan atau rasa tinggi hati....!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H