Mohon tunggu...
Mania Telo
Mania Telo Mohon Tunggu... swasta -

@ManiaTelo : Mengamati kondisi sosial,politik & sejarah dari sejak tahun 1991

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kasus Mirna: Ramai-ramai Menghakimi Jessica

4 Februari 2016   10:47 Diperbarui: 4 Februari 2016   12:27 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kasus "kopi beracun" yang menyebabkan seorang wanita muda Mirna Salihin tewas terus bergulir semakin ramai. Tentu saja yang merasa kehilangan sosok Mirna sebagai korban masih bersedih hati,tetapi banyak orang sepertinya tidak pernah berpikir tentang sosok Jessica Kumala Wongso yang disangka (status tersangka) sebagai yang meracuni Mirna.

Tentu saja orang tua dan saudara-saudara Jessica juga sedih karena anak & saudaranya menjadi "suspect" tewasnya teman "ngopi"di Cafe Olivier Grand Indonesia Jakarta. Kalau boleh,semuanya juga berharap kalau bisa waktu diputar kembali agar peristiwa tersebut tidak menimpa mereka. Tetapi semuanya tentu hanya khayalan saja,masalah itu harus dihadapi dengan ketabahan yang tinggi.

Tetapi di peristiwa kasus Mirna ini,banyak keanehan yang perlu dituntaskan oleh Pengadilan nantinya,apalagi sejak kasus tewasnya Mirna belum ditangani oleh kepolisian melalui proses autopsi,nama Jessica sudah dihakimi ramai-ramai oleh publik. Inilah runut kejadian dimana publik,polisi,keluarga Mirna dan para ahli sudah menghakimi Jessica,sehingga di sel tahanan Polisi,seorang Jessica mengatakan,"...Orang Indonesia sangat kejam...!" ; Jessica merasa dipojokkan dan penangkapannya karena opini yang dibuat oleh publik,sehingga dirinya berpikir (atas nasehat pengacaranya) untuk melawan opini tersebut dengan tampil di media,tetapi apa lacur sosok Jessica buka artis piawai yang mampu bermain watak. Akhirnya semua perlawanannya di media atas opini publik membuat dirinya dijadikan tersangka oleh Polisi yang sudah terlanjur "gengsi" bilamana tidak mampu menguak kasus Mirna ini.

Inilah catatan-catatan yang perlu diperhatikan dalam menguak kasus Mirna :

  1. Saat berita "kopi beracun" pertama kali diberitakan,nama Jessica sudah diungkap ke publik. Sayangnya nama Jessica yang diungkap ke publik melalui media sosial bukan sosok Jessica Kumala Wongso,tetapi sosok Jessica Ngadimin. Inilah "petaka" pertama yang menghinggapi sosok yang bernama Jessica. Orang yang bernama Jessica Ngadimin pun membantah dan "mengancam" melalui akun facebook-nya,serta menghapus semua hal terkait dirinya di akun FB-nya tersebut. Entah siapa yang memulai memunculkan nama Jessica ini ke publik dan menjadikan nama Jessica sebagai "suspect"....? . Munculnya Jessica Kumala Wongso ke publik menepis nama Jessica Ngadimin sebagai teman "ngopi" Mirna di Cafe Olivier pada tanggal 6 Januari 2016. Tetapi darimana nama Jessica itu dimunculkan ke publik....? Siapa yang mendorong nama Jessica itu muncul ke publik sebagai orang yang patut di curigai...? Polisi seharusnya juga mendalami peristiwa ini,sebab bisa saja ini cerita konspirasi yang membuat nama Jessica menjadi "suspect" atas tewasnya Mirna. 
  2. Munculnya nama Jessica ke publik lewat media sosial,juga dibumbui dengan cerita bahwa Jessica & Mirna adalah 'pasangan lesbian'; Jadi,sebelum acara ILC tanggal 2 Februari 2016 kemarin,cerita "lesbian" yang dinyatakan oleh ayah Mirna melalui "WhatsApp" Mirna sebenarnya sudah menyebar terlebih dahulu ke publik. Bukankah ini berarti ada yang menyebarkan cerita lesbian di kalangan "teman-teman" Mirna & Jessica hingga ke publik...? ; Kalau kemudian ini dibantah habis-habisan oleh ayahnya Mirna bahwa anaknya adalah wanita normal,bahkan menikah dengan seorang pria yang baik,dsb ; Terus cerita ini darimana...? Tuduhan ayahnya Mirna bahwa si Jessica sebagai orang berkepribadian ganda,cerita dibuat sederhana (simple) bahwa Jessica merasa tidak mau "mainan" (toy) nya diambil orang lain,dll membuat banyak orang berpikir secara logis,"...koq dibuat sederhana begitu...?" Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan Mirna dan kehidupannya...?
  3. Ketika semua gerak-gerik Jessica di CCTV dibaca sebagai gerak-gerik yang mencurigakan,aneh dan perilakunya di media dianggap tidak konsisten. Maka tak ayal Jessica di "bully" habis-habisan oleh orang-orang yang mengaku pakar dengan keilmuan yang tidak bersertifikat dan diakui oleh Pemerintah Indonesia. Apakah orang-orang yang "menghakimi" Jessica tersebut tidak sadar bahwa suatu waktu nanti semua peristiwa itu bisa terjadi pada dirinya,sanak saudaranya...? Ada apa dengan perilaku para pakar tersebut yang seenaknya membaca wajah,membaca gestur,dsb...? Tuhan-kah mereka itu...? Kenapa mereka tiba-tiba menjadi "Tuhan" atas diri Jessica...?
  4. Tukang pembuat kopi yang dianggap "lugu dari gunung" (mengutip pernyataan ayahnya Mirna di acara ILC,2 Feb 2016),sepertinya dianggap aman-aman saja. Teori seorang Reza Indragiri sepertinya mau dipatahkan dengan seorang "lugu dari gunung" ; Padahal,dalam banyak kasus pembunuhan yang terjadi di Indonesia,si pelaku adalah "yang tak terduga" . Akibatnya tak sedikit yang berakibat "salah tangkap" dan dihukum tetapi tidak pernah berbuat. Sebuah kasus pembunuhan yang pernah terjadi di Semarang tahun 1993 dengan korbannya di kubur di halaman rumahnya sendiri,ternyata dilakukan oleh "si lugu dari gunung" ; Polisi waktu itu terus menerus mencurigai orang-orang yang tidak seharusnya di curigai,tetapi karena "otak polisi" selalu dihinggapi segala macam teori penyidikan,maka pembunuhan itu hampir saja tidak terbongkar siapa pembunuhnya. Si pelaku pun akhirnya berhasil diringkus akibat "kebetulan" karena barang bukti ditemukan di tempat parkir oleh kepolisian yang berbeda kota & bukti dompet korban ditemukan di almari si pelaku. Sekali lagi,pelakunya ternyata adalah orang yang dianggap "lugu dari gunung" ; Jangan pernah menganggap "si lugu dari gunung" tidak bisa menghabisi nyawa orang. Ini juga bukan berarti si pembuat kopi adalah "suspect" atas tewasnya Mirna,tetapi pernyataan "si lugu dari gunung" tidak boleh menjadi pembenaran atas kasus Mirna dengan terus memojokkan Jessica sebagai si pelaku. Sebelum ada pengadilan yang menentukan bersalahnya seseorang,orang tidak boleh tendensius menuduh seseorang sebagai pelaku pembunuhan.
  5. Semakin lama Jessica tidak di proses ke pengadilan dan terus ditahan di sel tahanan Polisi, semakin terlihat bahwa Polisi tidak profesional dalam proses penyidikan kasus Mirna,kenapa...? Sebab dalam pemberitaan di media,pihak kepolisian merasa sudah yakin dan mempunyai bukti-bukti yang kuat bahwa Jessica adalah pelakunya. Tetapi dalam tahanan si Jessica terus mengalami tekanan dan bahkan orang tua Jessica juga diminta agar merayu anaknya untuk mengakui perbuatannya. Ada apa...? Polisi kalau sudah merasa yakin dengan bukti-buktinya,langsung saja dibuatkan P21 dan maju ke Kejaksaan dan pengadilan. Sebab dengan penahanan Jessica sebagai tersangka,opini publik terus digiring seolah Jessica sudah pasti adalah pembunuhnya. Ayahnya Mirna juga tidak perlu bermain "gertak-gertakan" dengan pengacara Jessica di muka publik. Justru dengan perilaku seperti ini,Jessica sudah dihakimi terlebih dahulu oleh ayahnya Mirna dan keluarganya. Bagaimana kalau sampai terjadi ternyata Jessica dibebaskan oleh Pengadilan dan bukan pelaku yang menyebabkan tewasnya Mirna..? Tentu saja ini akan menimbulkan spekulasi lagi bahwa pengadilan menjadi tidak netral karena faktor kepentingan "gengsi" polisi dan ayahnya Mirna yang sudah terlanjur berkoar-koar ke publik,bukan...? 

Sebaiknya kasus Mirna segera dimajukan ke persidangan,sebab Polisi sudah menahan seseorang yang dianggap "membunuh" Mirna. Ini bukan kasus perdata yang memerlukan tambahan-tambahan bukti dan bisa mengelak dari sangkaan,tetapi ini adalah kasus pidana yang mana orang yang diduga melakukan pembunuhan sudah ditangkap dengan bukti-bukti yang dimiliki oleh Polisi. Janganlah polisi menggunakan kekuasaan "feodalisme" untuk menekan tersangka mengakui perbuatannya,kalau memang punya bukti segera saja disidangkan ke pengadilan sehingga publik tidak terus menghakimi Jessica dengan opini-opini yang kejam.

Pengadilan juga sebaiknya nanti bersikap jujur dan adil serta mengesampingkan "gengsi" yang sudah terlanjur terbentuk di pihak kepolisian dan ayahnya Mirna serta orang-orang yang sudah menyebarkan opini seolah Jessica sebagai pelaku. Justru pengadilan harus mencari motif apa yang melatar-belakangi semua catatan diatas terjadi. Ada apa sebenarnya dengan kasus Mirna...? Koq mendadak sontak nama "Jessica" dimunculkan ketika Mirna tewas...? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun