Mohon tunggu...
Mania Telo
Mania Telo Mohon Tunggu... swasta -

@ManiaTelo : Mengamati kondisi sosial,politik & sejarah dari sejak tahun 1991

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"Miskin Kagak, Kaya Kagak"

6 Januari 2016   10:12 Diperbarui: 6 Januari 2016   20:37 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah percakapan di warung kopi,seorang Betawi mengomentari kondisi kemacetan waktu tanggal 23-24 Desember 2015 di jalan tol dalam kota Jakarta hingga tol seluruh tol yang menuju Bandung maupung arah ke Timur seperti tol Cikampek,Cipali dan seterusnya ; Komentarnya terdengar sinis,karena kontennya mengandung makna bahwa kemacetan tersebut terjadi karena banyak kelas menengah Indonesia sedang berlibur secara bersamaan. Mereka disebut sebagai kelas "miskin kagak,kaya kagak" alias kelas kepalang tanggung.

Kenapa sampai disebut kelas "miskin kagak,kaya kagak".....? Ternyata mereka yang disebut kelas Menengah di Indonesia itu adalah kebanyakan adalah kelas pekerja yang tumbuh pesat karena faktor pertumbuhan ekonomi yang tercipta pada era 10 tahun pemerintahan SBY. Kelas pekerja itu tentu bukan kelas pekerja kasar seperti tukang sapu,tukang bangunan,dsb ; Mereka adalah kelas pekerja "anak kantoran" yang bekerja di perusahaan/bank milik BUMN/Swasta. 

Dalam kehidupan sehari-harinya,mereka memang tercukupi dengan "income" pendapatan bulanan ditambah dengan aktivitas mereka yang ikut bermain dalam "booming" properti dari tahun 2008-2013 ,sehingga tak ayal gaya hidup mereka mencerminkan "seperti" orang kaya. 

Nah,saat ekonomi seperti 2015 hingga saat kini,dimana nilai Rupiah melemah hingga 40% dibandingkan nilai Rupiah waktu 2008 yang lalu (sekitar Rp.9700 per US Dollar),mereka otomatis mulai "kelimpungan" . Aktivitas perdagangan saham & komoditas yang jatuh membuat para "kelas nanggung" itu seperti "ngerem" mendadak. Liburan ke Luar Negeri yang biasa mereka lakukan sejak 2010 (lonjakan wisatawan Indonesia ke luar negeri waktu itu memang luar biasa) mendadak berkurang di liburan akhir tahun 2015 ini. Para kelas "miskin kagak,kaya kagak" ini paling banter liburan terjauh nya adalah ke Singapura atau Malaysia ; Nah,ketika mereka sudah terbiasa bepergian pada saat liburan,maka dicarilah liburan "murah meriah" ke kampung halaman atau obyek-obyek yang menjadi kenangan masa mudanya. Kebetulan tgl.23-24 Desember 2015 adalah "puncak" mereka berpikir secara bersamaan,bahwa akhir tahun ini cukup cuti singkat tapi bisa menikmati liburan panjang. Akhirnya macet di tol dan di kota-kota Yogya,Semarang,Bandung dll tak terelakkan lagi.

Kelas kepalang tanggung ini suka barang-barang ber-merek alias "branded" tetapi dengan diskon besar. Atau kalau menggunakan asesoris buat penampilan dirinya suka "menipu diri" ; Sebenarnya mereka patut dikasihani dengan perilakunya yang "nanggung" itu. Orang-orang yang sejak dulu "kaya" dalam arti sebenarnya menyebut orang-orang tersebut sebagai orang miskin yang berlagak kaya. Jadi tentu saja sikap mereka jadi lucu dan mengesalkan. Perilaku mereka yang belum pantas naik mobil akan terlihat di jalanan,yang belum pantas masuk restoran dan hotel mewah terlihat "rakus" dan apa saja di "embat" alias diambilnya....!

Suatu saat,ketika ada kejadian tabrakan antar mobil kelas "nanggung" itu,maka yang terjadi adalah cekcok mulut yang dibarengi saling pukul-memukul dan ancam mengancam ; Kalau benar-benar "kaya" mustinya kan mobil sudah di asuransikan dan biaya administrasi klaim asuransi pun tidak masalah,tetapi kenapa musti pakai cekcok mulut dan bahkan ancam mengancam...?

Kelas "nanggung" ini juga mulai dipersoalkan masalah moralitasnya. Cara berpikir mereka yang pragmatis dengan menghalalkan segala cara mulai banyak menuai kritik tajam para rohaniwan dan orang tua yang hidup dengan norma-norma moralitas tinggi pada zamannya. Para kelas "nanggung" ini suka mau selamat sendiri tanpa berpikir bahwa kehidupan ini harusnya ada rasa sosial yang tinggi,ada "hukum karma" yang bakal terjadi . Mereka seperti melupakan itu semua,yang terpenting dirinya "survive" apapun yang terjadi tanpa memikirkan akibatnya.

Dalam perpolitikan nasional,kelas "nanggung" ini menjadi obyek politikus untuk menjadi "penyebar berita" yang menyesatkan. Karena mereka dalam kehidupannya "tergantung" pada internet,maka segala sumber informasi baik/buruk disusupkan ke mereka. Inilah yang akhirnya membuat wajah perpolitikan di tanah air juga tidak karuan,karena pemikiran-pemikiran kelas "nanggung" ini sangat pragmatis menghalalkan segala cara yang bertabrakan dengan norma hukum yang sudah disepakati. Mereka justru merasa bangga dengan menyebut diri sebagai ide kreatif,walau itu melanggar hukum. 

Kebijakan Pemerintah pun tidak banyak berpihak kepada kelas "nanggung" ini. Padahal mereka inilah yang sekarang sebagai sumber Pajak Penghasilan terbesar yang disetor ke Kas Negara. Pemerintah seolah "tutup mata" dengan kelas "nanggung" ini,semua kebijakan di krisis ekonomi lebih banyak untuk para investor kaya dan orang miskin (Kartu Indonesia Sehat,dsb). Padahal kelas "nanggung" ini selain menyetor Pajak penghasilan terbesar,juga menyetor pajak-pajak lain yang dipungut oleh Pemerintah seperti Pajak Restoran,dll. Mereka inilah yang suka makan-makan di restoran,tetapi tanpa sadar dipungut pajak lagi walau sudah menyetor pajak penghasilan. Pemerintah seolah tidak peduli dengan kelas "nanggung" yang hampir semuanya mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ; Padahal pemerintah bisa saja memberi "insentif" berupa kebijakan pemberian "TAX 0%" bagi yang makan di restoran bila menunjukkan kartu NPWP.

Kelas "miskin kagak,kaya kagak" ini juga menjadi penggerak ekonomi secara keseluruhan Indonesia,bayangkan saja kalau daya beli mereka mulai menyusut? Dipastikan pertumbuhan negara Indonesia akan jatuh dibawah 5%. 

Jadi,anda termasuk kelas yang mana...? Kaya atau miskin...? atau kelas "miskin kagak,kaya kagak" alias kelas kepalang-tanggung...?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun