Dian Anggraeni,istri Dhana Widyatmika tersangka korupsi pencucian uang yang juga pegawai Ditjen Pajak pada Majalah TEMPO edisi 5-11 Maret 2012 di halaman 95 mengatakan bahwa suaminya (DW) seorang yang baik banget,jauh dari yang digambarkan atau ditampilkan media. Dian juga mengatakan tidak rela suaminya dibegitukan,DW adalah suami yang sangat berbakti kepada orang tua,selama sepuluh tahun menikah tidak pernah dikecewakan.
Entah benar atau tidak pernyataan istri DW tersebut,tetapi itulah realita yang terjadi di dunia kejahatan. Jarang sekali seorang istri/suami/anak tidak saling membela,kecuali memang didalam diri si pelaku benar-2 telah mengecewakan hidup keluarganya. Namun untuk sebuah kejahatan yang bermotif uang ataupun harta yang membuat silau dan kenyamanan hidup,sulit di dalam keluarga si pelaku untuk tidak membela,sebab mereka menikmati "pemberian" si pelaku kejahatan tersebut yang tentu saja bersikap sedikit boros karena uang diperolehnya begitu mudah didapat. Nah,arti baik,berbakti dan tidak pernah dikecewakan itu musti diurai secara panjang lebar dan detil,apakah hal-2 tersebut menyangkut pemberian materi atau tidak. Sebab ukuran duniawi,seseorang dikatakan baik,berbakti dan sangat memperhatikan (arti lain dari tidak pernah dikecewakan) karena diukur dari materi. Orang akan cepat menjadi galau dan menghakimi bilamana dirinya tidak memperoleh kenyamanan-2 yang bersifat duniawi.
Apa yang dilakukan oleh istri DW sebenarnya adalah gambaran nyata dari rata-2 seorang istri yang memandang suaminya di kehidupan keluarga yang mapan dan sukses. Ukuran baik,berbakti dan tidak pernah dikecewakan kebanyakan diukur dari segi materi saja. Diluar itu,apakah suaminya pernah berselingkuh (karena begitu mudah mendapatkan uang), tidak pernah atau jarang memberikan jatah biologis (karena alasan kerja keras dan capek), atau apapun yang dirasakan tidak diperoleh dari suaminya "ditutupi" dengan derasnya aliran uang atau kemapanan yang diberikan kepada istrinya.
Peristiwa tersebut pernah terjadi pada keluarga-2 yang akhirnya berantakan, seperti keluarga Bambang Trihatmodjo dan Halimah dimana pada awal-2 pernikahan dan anak-2 mereka masih kecil, kehidupan keluarga tersebut digambarkan begitu mesra dan tanpa badai. Barangkali Halimah pun tutup mata saat itu karena begitu banyak kekayaan dan kemapanan hidup yang diberikan oleh suaminya. Tetapi setelah Bambang Trihatmodjo berselingkuh dengan Mayangsari, maka segala kekecewaan hidup terhadap suaminya terjadi.
Itulah gambaran istri-2 di sebuah keluarga.....Saat dimana suaminya pada suatu waktu mengalami kejatuhan terkait "kesetiaan pernikahan" maka yang terjadi adalah "NO WAY" ...! Tetapi kalau terkait dengan masalah-2 dimana mengusik kenyamanan dan kemapanan hidup keluarganya walau suaminya memperoleh harta dari sesuatu yang tidak jelas,maka dirinya akan bungkam seribu bahasa dan cenderung membela suaminya.
Demikian pula seorang suami bila merasa "terkhianati" ,maka akan berubah menjadi suatu kemarahan besar bilamana menjumpai istrinya tidur dengan laki-laki lain. Sehebat-hebatnya seorang istri yang bisa mencari uang dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya akan menjadi sirna dan berganti kebencian.
Uang dan kesetiaan memang tidak berjalan beriringan....!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H