Ada gula,ada semut...! Itu adalah peribahasa yang populer bila dimana ada kenikmatan,disitu banyak orang yang berdatangan...! Demikian pula dengan Jokowi yang saat ini menjadi Capres 2014 paling populer di negeri ini,walau belum tentu menang di Pilpres 2014 mendatang,tetapi "JKW4P" yang menjadi inisial Jokowi untuk RI-1 telah membahana sejak diumumkan menjadi Capres 2014 oleh Ketua Umum PDIP. Beberapa tokoh di Republik ini yang mempunyai "kepentingan" mulai mengadakan pembicaraan dengan Megawati Soekarnoputri atau pengurus PDIP,baik secara terang-terangan atau "silent" karena tidak mau diketahui oleh publik.
Tentu saja kepentingan politik menjadi agenda utama para tokoh itu agar bisa menjadi "pendamping" Jokowi atau duduk dalam pemerintahan 2014-2019 bila Jokowi menang. Nama-nama yang populer di media mulai disandingkan dengan Jokowi,antara lain Jusuf Kalla, Hatta Rajasa,Mahfud MD,Chairul Tanjung, beberapa tokoh eks jenderal TNI yang pernah berkibar di masa lalu,bahkan Walikota Surabaya Tri Risma Harini dan Puan Maharani yang putri Megawati Soekarnoputri.
Tentu saja kritik pro-kontra terus berdatangan atas calon-calon yang disodorkan oleh media tersebut. Kali ini PDIP perlu berhati-hati terhadap nama-nama yang muncul di media,sebab bisa jadi nama tersebut sengaja dimunculkan dengan "bayaran tertentu" oleh parpol yang punya kepentingan politik dan kasus hukum yang membelit dirinya saat ini dan masa yang akan datang.
Jusuf Kalla,mantan Wapres 2004-2009 ditiupkan untuk masuk bursa Cawapres Jokowi dengan memperlihatkan kelebihan-kelebihan JK pada saat menjadi Wapres. Herannya orang melupakan "sindiran" SBY ketika JK nyapres di 2009 yang lalu,dimana waktu itu publik diminta hati-hati memilih pengusaha masuk ke pemerintahan. Perusahaan milik keluarga JK banyak memenangkan tender proyek infrastruktur ketika JK menjadi wapres.
Hatta Rajasa,menko perekonomian era pemerintahan SBY-Boediono ini juga dilambungkan namanya seolah mewakili kelompok "poros tengah" yang bisa menjegal Jokowi bila tidak diikutkan dalam pemerintahan nanti. Masyarakat mengingat bahwa Hatta Rajasa adalah mertua dari Ibas Yudhoyono, yang namanya terus disebut oleh Anas Urbaningrum dan kelompoknya sebagai salah satu orang yang sangat mengetahui kasus korupsi Hambalang. Sampai saat ini publik percaya bahwa Ibas hanya tunggu waktu saja untuk dijadikan tersangka kasus korupsi oleh KPK bila SBY turun tahta. Jadi,menaikkan Hatta Rajasa justru dianggap ingin membuntu kasus Ibas di kemudian hari.
Mahfud MD,adalah sosok yang sekarang dianggap "pas" sebagai pendamping Jokowi,sebab selain berpengalaman di pemerintahan (pernah sebagai Menteri Pertahanan),dirinya juga dianggap sukses memimpin MK (Mahkamah Konstitusi) ; Namun sayangnya,Mahfud MD diragukan loyalitasnya terhadap keluarga Gus Dur,karena dirinya masih berada di PKB pimpinan Muhaimin Iskandar. Sepak terjang keluarga Gus Dur yang merapat ke PPP memberi sinyal bahwa NU pendukung Gus Dur tidak merestui siapapun calon yang di sodorkan oleh PKB Muhaimin Iskandar. Bila Mahfud MD menjadi wapres,tentu saja dipastikan PKB akan meminta jatah menteri yang cukup besar,kecuali dirinya menyatakan diri sebagai calon independen dalam mendampingi Jokowi.
Chairul Tanjung,pengusaha yang namanya melambung pada saat pasca reformasi,kekayaannya yang kontroversial menjadi pembahasan publik,walau sudah dijawab di buku "Si Anak Singkong" tetap saja ada sebagian publik yang tidak percaya cerita yang dibuatnya. Sama dengan JK,publik enggan rasanya memilih CT karena dirinya seorang pengusaha,sebab dipastikan ada kepentingan bisnis nantinya bila dirinya menjadi wapres.
Tokoh-2 mantan Jenderal TNI,walau tidak usah disebutkan namanya,publik terpecah menjadi dua bagian,dimana ada yang pro dan ada pula yang kontra. Yang pro tentu saja mengatakan,bahwa Jokowi perlu pemdamping sosok yang tegas dan "berbau" militer agar TNI dan Polisi bisa ditangani dengan baik. Tetapi yang kontra juga menyampaikan argumentasi yang cukup baik,bahwa sosok mantan Jenderal TNI kurang kredibel di mata rakyat,sebab kekayaan yang dimiliki tidak pernah jelas. Para pensiunan jenderal tersebut banyak memiliki usaha dan kekayaan yang berjibun (rumah mewah,tanah perkebunan yang luas,dsb) dan hampir tak tersentuh hukum. Juga,bila mereka korupsi,sulit sekali menyeret mereka ke ranah hukum,karena korps-nya mengupayakan perlindungan secara maksimal. Walau ada mantan Jenderal yang bersih,tetapi pengaruhnya kepada kesatuan militer juga kurang kuat.
Walikota Surabaya Risma dianggap juga cocok mendampingi Jokowi karena dirinya piawai mengelola birokrasi. Tetapi pengalaman politik yang baru saja dialami memberikan kesan akhirnya dirinya masih belum matang berpolitik. Sosok Risma perlu waktu untuk diangkat menjadi tokoh nasional,paling tidak menjadi Wagub DKI Jakarta dulu mendampingi Ahok bila Jokowi terpilih menjadi RI-1
Puan Maharani,putri pewaris ideologi Soekarno yang diteruskan oleh Megawati Soekarnoputri,bisa jadi menjadi sosok pendamping Jokowi yang akan didorong oleh orang-2 pro Mega di PDIP. Dorongan menyandingkan Puan Maharani karena ada anggapan bahwa Jokowi disandingkan oleh siapapun akan tetap jadi RI-1 (sampai ada ejekan,kalau begitu disandingkan sama sandal jepit saja...!) ; Ini tentu saja tidak benar,sebab "pemaksaan" menyandingkan Puan Maharani dengan Jokowi bisa menjadi blunder pada Pilpres 2014 nanti bagi Jokowi dan PDIP,sebab masyarakat intelek di Indonesia tidak ingin negara ini dipimpin oleh "trah" Soekarno yang dianggap sebagai masa lalu. Survei-2 membuktikan bahwa nama Mega-Jokowi pun gagal memperoleh popularitas di mata pemilih ketika itu,apalagi putri "Sang Mega" yang pengalaman politiknya jauh dari ibunya.
Cawapres sebagai pendamping Jokowi memang tidak mudah pada akhirnya,sebab salah perhitungan sedikit saja maka bisa menjadikan blunder bagi Jokowi untuk berhasil menjadi RI-1 ; Masyarakat pemilih yang rindu sosok tegas dan militeristik sekarang sedang memperhatikan Prabowo Soebianto bila cawapres Jokowi tidak memenuhi kehendak mereka. Tetapi menyandingkan Jokowi dengan tokoh mantan Jenderal juga akan membuat galau masyarakat sipil yang tidak suka dengan gaya militer Indonesia yang kurang terbuka dalam membuka kekayaan pribadinya,sebab ini akan menyulitkan pemberantasan korupsi di masa yang akan datang. Tokoh sipil yang bersih,jujur dan paling mumpuni dalam pengelolaan pemerintahan negara akan menjadikan "JKW4P" sukses di Pilpres 2014 mendatang.