Suara Golkar,Suara Rakyat adalah kampanye "positioning" Partai Golkar yang sering muncul di iklan TV. Tetapi sayangnya konflik di internal parpol tersebut pasca kekalahan di Pileg 2014 dan gagalnya Aburizal "Ical" Bakrie sebagai Capres di Pilpres 2014 membuat Ical terus digoyang. Sampai sekarang posisi Ical memang tak tergoyahkan walau digoyang-goyang,dan Ical pun mencoba mengejek lawan-lawannya dengan memberi pernyataan "menyindir" bahwa "hati-hati isterinya siap untuk mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar" ; Suara Ical memang berpengaruh di Partai Golkar,sehingga iklan kampanye Golkar lebih pantas diplesetkan menjadi "Suara Golkar,Suara Ical"
Kenapa Ical sekarang begitu kuat posisinya dan Akbar Tanjung sebagai tokoh senior Golkar yang masih berada di kepengurusan partai tak bisa dan tak mau melengserkan Ical...? Para pengamat kelas "warung kopi" berspekulasi bahwa keduanya mempunyai kepentingan dan "musuh" yang sama saat ini,yaitu PDI-P .
PDI-P sekarang ini dianggap sebagai "musuh bersama" di partai politik pendukung yang menamakan diri Koalisi Merah Putih (KMP) karena faktor-faktor kepentingan mereka yang tidak bisa diakomodir dalam pemerintahan Jokowi-JK ; Untuk terlihat "demokratis" maka KMP membuat seolah sebagai "penyeimbang" kekuatan dan kontrol atas pemerintahan Jokowi-JK ; Tetapi sayangnya,komentar-komentar petinggi-2 parpol yang ada di KMP seringkali menunjukkan perasaan sebenarnya yang ada di lubuk hati mereka,yaitu sakit hati dan iri hati. Sakit hati karena mereka tidak diakomodasi sama sekali kepentingannya. Iri hati karena tanda tak mampu untuk melakukan seperti apa yang diperbuat oleh Jokowi-JK. Rasa sayang rakyat yang ditunjukkan melalui media sosial dan media terhadap sosok Jokowi menambah perasaan dengki yang terlihat dari tampilan komentar mereka diberbagai acara. Rakyat menyaksikan hal tersebut.
Karena didorong "kebersamaan" tersebut,maka posisi Ical pun menguat seiring dengan Prabowo Subianto mendudukkan Ical sebagai "Ketua Presidium" KMP ; Inilah kekuatan Ical saat ini yang menjadikan dirinya tak tergoyahkan di kepengurusan Partai Golkar. Pengurus Golkar diluar orang-orang yang selama ini dikenal "pendukung" Ical dikenal oleh banyak orang sebagai orang-orang yang tidak kredibel karena sekarang ini sedang menanti "panggilan" KPK ; Para pendukung Ical banyak dikenal sebagai tokoh oportunis dan mempunyai banyak kepentingan pribadi (bisnis,dll) yang saat ini infonya sedang diobrak-abrik oleh Pemerintahan Jokowi-JK yang sedang meluncurkan program-program pro Rakyat dan diduga banyak menabrak kepentingan mereka.
Tidak adanya arus dana yang mengalir ke "kas" mereka inilah yang juga menjadi dugaan rasa kebencian terhadap Pemerintahan Jokowi-JK yang didukung oleh parpol-2 yang menamakan diri Koalisi Indonesia Hebat (KIH) . Pengamat "warung kopi" meyakini bahwa kekuasaan yang mau direbut oleh KMP dari Jokowi-JK bukan untuk kepentingan negara dan bangsa,tetapi lebih dikarenakan adanya keinginan merebut sumber-sumber daya alam dan energi yang akan "dikangkangi" oleh sekelompok orang dan pribadi-pribadi yang sekarang sedang diisukan hampir bangkrut karena menanggung utang segunung. Isu menjual ke negara asing atau antek asing yang diarahkan kepada Jokowi sebenarnya karena mereka terancam ; Benar kata mereka,bahwa negara ini harus diperuntukkan untuk orang Indonesia,dan orang pun tahu bahwa diri mereka adalah "orang Indonesia Asli" tetapi mereka lupa,bahwa rakyat Indonesia menganggap mereka sebagai penjelmaan "feodalisme" yang menjajah rakyat sendiri.
Teriakan Ical yang menuduh adanya ancaman Komunisme Baru sebenarnya adalah pelajaran politik yang diwariskan oleh Soeharto. Padahal Soeharto meniru habis sistem Komunisme yang memberlakukan "Single Party" ,sedangkan Soeharto di era Orba menyerukan "single majority" yaitu Golkar. Keduanya tidak sama,tetapi sangat mirip dan cara pemerintahannya pun dibungkus tak lebih dan tak kurang sama dengan yang ada di negara-negara komunis seperti RRT dan Vietnam. Hanya bungkus permukaan politik Soeharto lebih terlihat "agamis" karena menempatkan ideologi Pancasila yang dijadikan alat untuk membungkam suara rakyat selama 32 tahun. Suara rakyat inilah yang sekarang diduga sedang dimanipulasi oleh Ical sebagai Ketua Umum Partai Golkar ; Bukan suara rakyat,tetapi suara Ical....! Tuduhan-tuduhan Ical terhadap perkembangan politik yang ada diyakini bukanlah suara rakyat Indonesia.
Sebenarnya di Partai Golkar masih banyak yang sangat mumpuni dan mempunyai integritas tinggi terhadap negara dan bangsa Indonesia,salah satunya adalah Wapres Jusuf Kalla. Namun sayangnya,sekarang ini suara rakyat pemilih Golkar sedang diyakini oleh banyak orang di manipulasi habis oleh sang Ketua Umum dan orang-orang oportunis yang berada di lingkaran dalam partai tersebut.
Anda pemilih Golkar...? Bagaimana pendapat anda....?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H