Mohon tunggu...
Tekad Su
Tekad Su Mohon Tunggu... Wiraswasta - PNS biasa

Membaca, mendengar, melihat, merasa lalu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Seks Bebas Jalan Buntu?

8 November 2013   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:26 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: http://hasanzainuddin.files.wordpress.com

Beberapa hari yang lalu, om ustadz berbicara banyak mengenai akhlak, lalu pembicaraannya nyempret ke hal-hal horor macam ini. Ini apa Bu Dhe? | Ah, inu nuu... | aisshh ra cetho ginu aku ya ga mudeng no Bu Dhe. Yah, kadang kala sebagian dari kita masih merasa risih untuk membahasnya secara gamblang tanpa ewuh pekewuh. Kala memperbincangkan hal-hal perkara "uhuk-uhuk" ini serasa macam jadi makhluk aneh apalagi jika perempuan. Banyak yang bakal menilai si perempuan yang suka bahas kek ginu tu ga etis, ga sopan, rusuh, saru, ra elok dan sering pula ada penilaian 'terkesan murahan'. Rasa-rasanya kok aneh jika di masyarakat kita sudah begitu bombastisnya perkara seks bebas, tapi kita masih malu-malu untuk membahasnya secara gamblang. Kembali ke om ustadz... om ustadz membahas video pelajar SMP, yang katanya adegan dalam video tuh jambore alias rame-rame. Beberapa hari setelah om ustadz cerita tuh, saya lagi ngeh kalau yang dibahas om ustadz itu adalah menyikapi pemberitaan yang lagi rame di tivi: "Rekaman video mesum Pelajar SMP yang dilakukan secara jambore". Saya benar-benar ga update masalah berita. Ya mau gimana onlinenya cuma mbuka fiksiana :D. "Saudara-saudara, dulu kita masih mengentengkan merebaknya video porno yang dimainkan oleh pejabat, PNS, artis, anak SMA. Sekarang apa yang terjadi saudara-saudara, anak SMP sudah ikut andil dalam meramaikan trend seks bebas ini. Lalu apa kita juga akan mendiamkan saja? Ini sudah kerusakan moral, kemerosotan akhlak, ini sudah bencana bangsa! Apa kita akan menunggu dirilisnya video mesum pelajar SD?? Bayangkan jika itu anak-anak kita? Bayangkan jika itu cucu kita? Bayangkan jika itu adik-adik kita? Jika video itu hanya dua pelaku atau dua pelaku plus kameramen itu masih bisa disebut kebejatan 'oknum', tapi jika sudah dilakukan rame-rame tanpa ada rasa risih, rasa malu, bersalah, merasa dosa, dan merasa bejat, ini berarti ada yang salah dengan akhlak dan moral secara global di masyarakat." Beginu lah kira-kira bunyinya om ustadz kemarin Jumat. Sampai kehabisan kata sebenarnya untuk memecahkan perkara satu ini. Pendapat pakar psikologi, kaum pemuka agama, pihak lembaga perlindungan anak, pakar parenting, dan ahli-ahli lainnya seakan sudah membanjiri media, entah televisi, tabloid, koran, koran elektronik, dan media-media lainnya. Ada yang menyampaikan pendapat bahwa merebaknya wabah seks bebas pelajar ini karena semakin canggihnya teknologi. Yaa,, lagi-lagi teknologi yang disalahkan. Ada lagi ini karena disebabkan kurangnya pengawasan orang tua. Lalu bagaimana jika orang tua sebenarnya sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik? Lalu ini jadi salah siapa? Toh, di masyarakat banyak saya jumpai, anak-anak yang MBI (Maried By Incident) atau yang paling apes, ga sampai nikah kadang, adalah mereka-mereka dari keluarga baik-baik. Keluarga agamis dan harmonis, Bapaknya ga neko-neko, Ibunya penyayang, semua keluarganya juga perhatian kepada si anak. Terus apanya yang salah??! Kita sering menempatkan seorang anak pelaku seks bebas sebagai "korban". Korban dari teknologi lah, korban dari lingkungan masyarakat yang salah lah, korban dari broken home lah, korban nirkomunikasi dengan orang tua lah, dan seterusnya, dan sebagainya. Padahal jika kita telisik seorang "korban" itu tadi kan sejatinya sudah baliq sehingga sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Well, seharusnya tidak perlu mencari kambing hitam atas kesalahan yang telah ia perbuat, meskipun secara pribadi saya mendukung pendapat para ahli bahwa lingkungan sekitar ikut berpengaruh. Kalau yang salah adalah teknologi, yaudah dari dini kita ga usah ngenalin mereka teknologi, ga usah beli TV, sekolah juga jangan memperkenalkan internet, atau biar aman sekalian Indonesia jangan import HP, jangan ada koneksi internet, jangan meluncurkan satelit, pokoknya yang berbau teknologi di-setop! Kalau yang salah lingkungan, jangan biarkan anak-anak keluar rumah! Awasi tiap gerak-geriknya! Kalau yang salah orang tuanya, yaudah kepo-in ajah anaknya terus-terusan sehari 24 jam! Terus ini salah siapa??! Masih nekat nyari sumber permasalahannya? Berhentilah jika panjenengan masih ingin waras besuk pagi. Sumber dari semua permasalahan adalah dari diri pelaku. Pelaku ditambah pelaku sama dengan dua pelaku, pelaku kali pelaku sama dengan pelaku-pelaku. Ketika pelaku sudah berlipat-lipat, maka di masyarakat akan timbul pandangan bahwa perilaku seks bebas ini menjadi suatu yang biasa. Nih, ada cerita dari seorang teman yang hendak menikah. Waktu dia dirias sama perias pengantin ditanyain apakah dia dalam kondisi hamil? Temenku jawab tidak. Si perias masih nanya lagi kek gini "ga papa mbak, kalau iya jawab saja iya, nanti setagennya biar ga aku kencengin. Kaya gitu sudah biasa kok." Temenku langsung mencak-mencak. Ada lagi percakapan tetangga dekat rumah, biasa aku tuh gaulnya sama ibu-ibu. haha. Ibu-ibu kebetulan lagi nggosip gini, "Eh, si Bunga anaknya Lik Kebo itu mau nikah loh sama mas Kumbang, tapi udah meteng (bunting) 4 bulan." ibu-ibu yang lain bilang, "ah, sekarang modelnya gitu. udah biasa." What the hell???!!!! Terus gimana ini??! kalau di masyarakat saja pandangannya kek ginu? Apa sebenarnya kita perlu membuat saksi yang tegas? Kemarin sudah banyak dibahas tentang RUU Seks Bebas ni, seperti biasa ada pro dan kontra. Kalau dipikir-pikir saksi masyarakat saja sekarang juga sudah tidak ada je. Paling-paling kalau seks bebas sampai hamil hukamannya dinikahkah. Lak yoo penak tenan tho? Sik ra seks bebas malah ra rabi-rabi -_-". "Ah,, sudahlah. . saya tipe orang yang tak mau urusan." Kita ga bisa lagi berfikir demikian. Mau tak mau besuk jika Gusti ridho menyempatkan saya menjadi seorang ibu, saya yoo ikut mumet tho beib. Betapa beratnya menjadi orang tua nantinya. Bangsa kita sudah krisis akhlak kek gini. Ayoo lah kita bersama-sama memikirkan yang satu ini, korupsi melulu yang diurusi, pemilu melulu yang diurusi. . . cari cara preventif yang efektif untuk melindungi masa depan bangsa ini dengan menjadikan anak-anak bangsa berakhlak mulia, berpribadi surga. *hehehe.. Jika akhlak mulia telah terbentuk niscaya permasalahan lainnya dapat ditanggulangi. Allahumma..Aamiin ^_^v salam manis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun