Mohon tunggu...
Tejo Arum
Tejo Arum Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Lingkungan Hidup Warga Miskin Jakarta Memprihatinkan!

16 Maret 2018   17:05 Diperbarui: 16 Maret 2018   17:10 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemukiman warga miskin di Jalan Pintu Air II, Kebon Kelapa, Jakarta Pusat, Kamis (15/3) sangat memprihatinkan. Selain dipenuh sampah, lingkungan tempat warga belum ada Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) RW 04, Muhajar mengatakan pihaknya sudah pernah membuat pengajuan untuk diadakannya ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) ke Walikota Jakarta Pusat. Namun, pengajuan tersebut ditolak karena PT KAI sebagai pemilik tanah tidak memberikan izin.

"Kita enggak punya RPTRA, kita ngajuin di kelurahan Kebon Kelapa, kita ajukan ke Lurah, sampai tingkat Walikota, tiba-tiba datang patokan tanah milik PT KAI, itu sudah ditutup seng, dia sudah ketakutan" kata Muhajar saat ditemui di jalan Pintu Air II, Kebon Kelapa, Jakarta Pusat, Kamis (15/3).

Pengajuan RPTRA itu telah dilakukan Muhajar sejak 6 (enam) bulan lalu. Dengan tujuan agar masyarakat setempat dapat merasakan ruang hijau dengan udara segar dan mengurangi para pemulung yang meletakkan gerobaknya di pinggir jalan. Ditambah lagi dengan ketiadaan lampu penerang pada malam hari di kawasan tersebut.

"Saya memprogramkan (RPTRA) supaya orang lewat enggak takut, enggak ada pemulung. Sudah enam bulan lalu kita ajuin RPTRA, eh

tiba-tiba ditulisin tanah milik PT KAI. Permasalahannya izin enggak dikasih," ungkapnya.

"Akhirnya dipakai sama dia (PT KAI), dengar-dengar isunya mau dijadikan tempat parkir." pungkasnya.

Lokasi pemukiman kumuh tersebut tepatnya di RT 03 Jalan Pintu Air II, berada di samping rel kereta api di belakang stasiun Juanda. Pemukiman ini sangat kumuh dan kotor dengan tumpukan sampah yang menggunung dan bercecer, bahkan, sepanjang jalan rumah warga. Bau menyengat yang keluar dari sampah tersebut sangat tercium dan menusuk hidung.

Tidak terdapat celah dan lahan kosong sedikit pun diantara rumah-rumah warga, hanya tersisa jalan sepetak untuk  berjalan kaki. Kamar mandi umum masih digunakan warga sekitar dengan sumur penuh lumut, dan dapur mereka pun berada di luar rumah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun