Mohon tunggu...
Ummu Afshah
Ummu Afshah Mohon Tunggu... -

Santriwati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahagia dengan Membaca

14 September 2013   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:55 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca dalam istilah bahasa Arab yaitu Qara a’, yang merupakan himpunan dari 3 huruf hijaiyyah, Qaaf, Raa dan Alif.Istilah ini muncul pertama kali ketika diturunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang menyendiri (ikhtilaa’) di Gua Hira. Wahyu yang disampaikan melalui malaikat Jibril itu berbunyi , “Iqro’ Bismi Rabbika al-ladzii kholaqa....”(Q.S. Al-‘Alaq []:1-5). Kata pertama dari ayat tersebut yaitu Iqro’ yang berarti bacalah. Ketika menyampaikan wahyu, Malaikat Jibril mengulang kata ini sebanyak 2 kali kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad saat itu belum mengenal baca tulis hanya dapat berkata “Maa Anaa bi qoori’”,“Aku tidak bisa membaca”. Hingga kali terakhir, Malaikat Jibril menambahkan “Iqro’ bismi Robbika al-ladzii kholaqo..”, “Bacalah dengan (menyebut ) nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. Perintah membaca ini tidak terfokus pada satu objek bacaan, tetapi kembali pada tujuan dan motivasi awal yaitu Bismi Robbika al-ladziii kholaqa. Dapat disimpulkan bahwa perintah membaca ini semata – mata dilakukan demi karena Allah SWT. Iqro’ disini bukan hanya mengandung arti bacalah dalam pengertian sempit. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Secercah Wahyu Illahi bahwa Iqro’ juga berarti “telitilah, dalamilah”. Jangan seperti “melek walang”, matanya terbuka tapi hanya sia – sia, hanya melihat tanpa memperhatikan. Iqro juga bukan hanya sekedar perintah untuk membaca yang tersurat seperti surat atau tulisan yang dicetak diatas lembaran – lembaran kertasyang kemudian dibukukan, tetapijuga membaca yang tersirat yaitu memahami makna yang tersembunyi dari apa yang terjadi, seperti tingkah laku seseorang, gejala alam, dinamika kehidupan, dll.

Membaca yang tersurat sudah banyak dilakukan walaupun kenyataannya belum membudaya di kalangan masyarakat. Di era modern seperti sekarang ini, sangat mudah sekali untuk menemukan tulisan yang dirangkum dalam berbagai ragam dan bentuk. Sudah banyak penulis yang menghasilkan karya – karya ilmiah maupun non ilmiah yang disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat. Juga banyak tulisan yang disalurkan melalui media, seperti: majalah, Koran, internet, dll. Sebagai masyarakat yang cerdas dan kreatif, hendaknya membaca bacaan yang berkualitas dan mendidik sehingga memberikan dampak positif untuk kepribadiannya, dan membaca disertai dengan pemahaman dan pendalaman, tidak hanya membaca teksnya saja tapi juga mendalami kandungan isinya. Terutama dalam membaca Al – Qur’an. Mengapa harus membaca? Banyak jawaban yang dikemukakan, antara lain untuk :

a)Memahami manusia atau alam raya,

b)Menghabiskan waktu penantian,

c)Menguji kecerdasan,

d)Mengundang kantuk,

e)Mendalami profesi,

f)Mengetahui perkembangan mutakhir

g)Mengembangkan kepribadian dan lain – lain.

Membaca adalah salah satu wujud syukur atas panca indera yang diberikan Allah SWT. Dengan membaca, manusia akan bertambah wawasan dan ilmu pengetahuannya. Dari membaca lahirlah Ilmuwan ternama, tokoh – tokoh besar, guru – guru teladan, penguasa yang bijak, orangtua yang berpendidikan dan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berpengetahuan.

Selain itu adalah membaca yang tersirat atau memahami makna yang tersembunyi dari apa yang terjadi di kehidupan. Seperti halnya tingkah laku. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan pertolongan orang lain. Untuk ituperlu adanya proses interaksi antar satu sama lain, dengan itulah masing – masing dapat memenuhi berbagai hal yang dibutuhkannya. Dalam proses interaksi, seseorang harus bisa memahami kepribadian orang lain yang dihadapinya. Ia harus belajar tentang bagaimana menghadapi karakter orang yang berbeda – beda tanpa membeda – bedakan kedudukan maupun harta, yang kaya atau yang miskin, yang pintar atau yang bodoh, dll. Ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi proses interaksi social yang merupakan cikal bakal ikatan silaturrahim antar sesama. Silaturrahim sangat dianjurkan dalam agama, sebagaimana yang sering dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Seperti sabda Rasulullah dalam satu hadits, “Wa Shiiluu Al-Arhaam..”, “Dan hubungkanlah tali silaturrahim”. Jika tidak ada yang mencoba untuk memahami, maka akan mengakibatkan kesalahpahaman yang berujung pada perpecahan diantara keduabelah pihak. “Satu terluka, yang lain ikut merasa”, ini merupakan gambaran dari perpecahan yang terjadi, walau hanya satu yang tersakiti tapi sakit itu akan menjalar kepada orang – orang terdekatnya, timbullah rasa benci, dendam, maupun iri dengki, maka hidup keduanya tidak akan bahagia, Naudzubillah. Hal ini banyak terjadi akibat mengabaikan perintah Allah untuk membaca.

Peduli lingkungan berarti mensyukuri ciptaan Tuhan. Selain memahami tingkah laku, manusia diperintahkan Allah untuk men-tadabburi­ alam. Penciptaan langit, bumi, tumbuh – tumbuhan, binatang, dan semua yang terhampar di alam semesta oleh Allah, hendaknya dijadikan manusia sebagai sarana untuk merenungi kekuasaan Dzat Yang Maha Agung. “(Yaitu) orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia – sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari Azab Neraka” ( QS. Ali Imron [3]: 191 ). Orang – orang berakal membaca alam semesta dan se-isinya disertai dengan tafakkur dan tadzakkur menyadari keagungan Allah SWT sehingga ia selalu bersyukur dalam kehidupannya. Ayat – ayat Allah yang tercipta di alam semesta tidak dijadikannya sebagai tujuan untuk meraih kenikmatan duniawi, materi atau kekuasaan. Naudzubillah.Maka sesungguhnya dengan tafakkur, tadzakkur, penelitian dan pendalaman akan bacaan yang tersurat maupun yang tersirat manusia dapat meraih sebanyak mungkin kebahagiaan. Sekian.Wallahu a’lam.

Oleh : F@

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun