Gelora tahun baru.
Usai sudah euforia penuh haru biru. Yang tersisa hanya puing-puing para yang menyelusup di sanubari. Meninggalkan bekas yang tak mudah hilang. Walaupun seribu tahun berlalu.
Tidakkah engkau sadari banyak mudharat dari pada manfaat. Semua sia-sia dan percuma. Berlalu begitu saja seperti kereta senja.Â
Bukankah waktu masih sama seperti hari-hari yang lalu. Sementara dia tidak beranjak pergi.Â
Sementara di seberang sana orang-orang miskin masih bekerja di kegelapan malam. Termenung dalam ruang hampa. Tersudut pada ujung dunia yang semakin acuh.Â
Gadis perawan yang menangis tertipu oleh gemerlap dunia yang semu. Hilang kehormatannya sia-sia diantara rimbunnya semak belukar.Â
Beberapa pemuda sambil bertelanjang dada berteriak. Kita pesta bung bakar ayam, kita rayakan biar nge-trend. Tubuhnya pun terhuyung dan limbung.
Sungguh mereka sudah lupa jalan pulang. Terperangkap dalam dunia antah berantah. Mengejar dunia yang semakin berlari menjauh.
Mungkin waktu yang akan membuatmu tersadar. Terbangun dari mimpi semu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H