Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang kukuh memegang nilai-nilai budaya baik internal dalam dirinya maupun dalam pergaulan dengan masyarakat luas. Orang Jawa lebih memilih kesederhanaan dalam hidup, mawas diri, dan rendah hati.Â
Demikian pula dalam hubungannya dengan lingkungan atau kepentingan umum. Masyarakat Jawa lebih mementingkan kerukunan bersama agar hidup bisa guyup, maka apapun akan diberikan baik moril ataupun material.
Sabar
Sabar adalah usaha untuk mengontrol diri sendiri secara konsisten agar situasi dalam dirinya menjadi lebih baik. Dalam pengertian yang lebih sempit sabar adalah usaha untuk menahan diri terhadap situasi tertentu yang dialaminya.
Sabar selalu ditekankan oleh leluhur pinisepuh kita dalam nasihat baik lewat ungkapan, tembang, ataupun yang lainnya. Sabar adalah konsep membangun jati diri dalam menghadapi situasi yang sulit.Â
Misalnya saja seseorang menghadapi permasalahan dalam hidupnya dan dia dihimpit pada keadaan yang menyudutkannya. Sabar berhubungan dengan ketekunan dan kesungguha hati dalam mencari solusi terhadap setiap permasalahan.
Dalam budaya Jawa orang yang lolos kesabarannya adalah orang yang teruji secara mental dan merupakan orang yang tangguh dan orang pilihan. Muncul pelebelan bahwa orang yang sabar adalah orang yang mempunyai konsep yang kuat dan punya kendali yang baik atas emosinya. Begitu mulianya sifat sabar ini dan menduduki nilai tertinggi dalam konsep hidup.
Nrima ing pandum
Nrima ing pandum berarti menerima segala takdir yang dibetikan oleh Allah SWT. Menerima semua pemberian dari Yang Maha Kuasa. Konsepnya adalah setiap orang yang terlahir di dunia ini sudah dicukupkan takdirnya. Diberi wajah yang rupawan ataupun tidak itu sudah keputusan Allah semata, tentunya Allah mempunyai alasan dibalik semua itu.Â
Sebagai insan yang bertaqwa kita harus tunduk apapun yang Allah berikan pada kita. Dalam konsep ini kita harus legawa (baca:legowo) atau ikhlas menerima apapun semua pemberian. Jika kita bersungguh sungguh ikhlas maka hati kita akan tenang tidak ada beban dan tidak ada tuntutan.Â
Bayangkan jika kita tidak terima dengan takdir ini, dengan tubuh ini, dengan hidung kita yang pesek ini. Kemudian melakukan operasi plastik agar terlihat mancung. Dilihat dari sudut budaya contoh seperi itu adalah orang yang tidak menerima takdir pemberian Illahi, orang yang tamak.Â