Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Filosofi "Dugang Bujang Esem Mantri"

4 April 2020   14:45 Diperbarui: 4 April 2020   14:52 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, demikian pula dengan perilaku dan adat istiadatnya. Maka ketika kita sedang berinteraksi dengan seseorang dalam kelompok sosial tertentu harus memahami kebiasaannya. Kita tidak boleh gegabah dalam memberi respon, bisa jadi maksud kita akan diterima berbeda sehingga menjadi salah paham.

Sebagai contoh, bagi orang Jawa kepala adalah sesuatu yang sangat terhormat sehingga apabila datang orang kemudian menepuk kepala, maka otomatis akan marah karena dianggap tidak sopan, tidak menghormati harga diri seseorang. Tapi masyarakat di luar negara kita khususnya orang Eropa tidaklah demikian, menepuk kepala adalah tanda hormat, bisa anda lihat dalam pertandingan sepak bola. 

Dugang bujang esem mantri

Dugang itu berarti di tendang dengan tungkai kaki, sedangkan bujang diartikan orang yang awam dan tidak berpendidikan sehingga jauh dari tata krama. Esem berarti senyum, sedangkan mantri adalah jabatan tinggi yang pada jaman dahulu di bawah bupati. Maksud dari mantri adalah seorang pejabat yang dihormati banyak orang. Istilah lainnya adalah kaum priyayi.

Maksud secara umum dari filosofi ini adalah bagaimana kita bersikap seandainya kita berhadapan dengan orang yang berbeda yaitu orang pintar dan orang yang bodoh, tentunya untuk menyampaikan sebuah pesan agar diterima oleh orang tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat kecerdasannya. 

Orang yang tidak berpendidikan cenderung tidak memahami bahasa majikannya. Bahasa ini bisa berarti bahasa lugas ataupun bahasa isyarat tertentu yang umum diketahui orang. Sehingga ketika menyuruh harus menggunakan kaki yaitu didugang (ditendang)

Namun ketika kita berhadapan dengan orang yang pandai atau orang terpelajar cukup hanya dengan menggunakan senyuman, orang tersebut sudah paham maksudnya. 

Ungkapan ini tidak mempunyai maksud menghina, tapi merupakan sebuah sindiran yang keras agar orang tersebut berubah menjadi lebih baik dan memahami setiap apa yang diucapkan orang lain.

Penulis : Teguh Wiyono

KBC-50 Kombes Jateng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun