Kita tahu bahwa hidup bermasyarakat diperlukan kebesaran hati dan tenggang rasa. Walaupun kita mempunyai hak tetapi hak kita terbatas oleh hak orang lain. Pada dasarnya kita tidak boleh berbuat sesuka hati. Apalagi jika itu bisa membuat orang lain terganggu atau mengalami kerugian.Â
Namun apabila didalam pergaulan dengan masyarakat banyak didapatkan keadaan seseorang baik fisik atau perilaku, yang menurutnya kurang sesuai atau tidak senang. Maka keadaan seperti membuat orang memberikan sindiran halus.Â
Sindiran ini sebenarnya tidak bermaksud serius tetapi hanya agar orang itu sadar dan merubahnya, sehingga menjadi baik. Bukan untuk mengolok-olok. Begitulah menurut penulis. Bukan tanpa sebab, tetapi mengingat orang jawa adalah orang yang halus.
Sanepa jawa.Â
Pengerian dalam bahasa jawa adalah :Â
Sanepa tegese unen-unen bangsane pepindhan lan ajeg panganggone ngemu surasa mbangetake nanging nganggo tembung sing tegese kosok baline karo karepe.
Jika diartikan dalam bshasa Indonesia adalah : sebuah ungkapan yang bentuknya seperti perumpamaan berkembang di masyarakat dan digunakan secara tetap mempunyai arti menyangatkan dan maksudnya adalah kebalikan dari yang dikatakan itu. Merupakan sebuah sindiran terhadap perilaku, keadaan, atau apapun yang diekspresikan oleh seseorang. Berikut ini contoh sanepa :Â
- Polahe anteng kitiran.
(tingkahnya tenang kipas)
Majas ini sebuah sindiran perilaku seseorang yang terlalu aktif atau terlslu banyak tingkah dengan mengatakan kebalikannya namun memberi penguat yang justru menunjukkan banyak tingkah.Â