Salah satu sifat budaya adalah dinamis, berkembang sesuai dengan zaman. Budaya juga dapat diartikan segala aktifitas yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara rutin.Â
Bila setiap bangun pagi kita melakukan jogging sebelum mandi itu juga adalah budaya. Tidak terbatas semua yang dilakukan oleh kita dan semua yang dilakukan masyarakat luas secara kontinyu.Â
Pada hakikatnya para orang terdahulu kita senang sekali memberikan nasihat. Nasihat yang diberikan bisa berwujud nasihat langsung atau nasihat tersembunyi.Â
Nasihat langsung misalnya seorang kakek berkata pada cucunya "Dadiya wong utama, mbesuk uripmu bakal mulya" (Jadilah orang yang mempunyai keutamaan hidup, kelak hidupmu akan makmur). Nasihat yang tersembunyi sebagai contoh adalah wewaler.
Wewaler dalam bahasa Indonesia berarti larangan atau tidak boleh dilanggar. Masyarakat jawa sangat patuh pada petuah, sehingga sama sekali tidak berani melanggar.Â
Maka muncullah kata "pemali" atau pantangan, ora ilok yen dilanggar. Kalau kamu berani melanggar petuah maka kamu akan celaka. Ada kalanya wewaler memuat perihal yang tidak logis. Anehnya walaupun tidak logis masyarakat khawatir jika melanggarnya akan berdampak buruk bagi keselamatannya.Â
Wewaler bisa digunakan sebagai edukasi. bagi anak. Merangsang anak untuk berfikir kenapa dilarang, nasihat apa dibalik pelarangan itu.
Contoh wewaler : "Aja njagongi bantal bokan wudunen". Wewaler tersebut melarang anak untuk menduduki bantal. Sebagaimana kita tahu bantal adalah benda yang digunakan untuk kepala.Â
Orang Jawa sangat menghargai kepala. Alangkah tidak terpujinya jika tempat untuk kepala digunakan untuk pantat, sedangkan pantat berhubungan dengan BAB dan kentut. Kata wudunen itu hanya sebuah kata ancaman agar takut dan menurut.
"Aja ngidoni sumur, engko mbokan suwing lambene". Jangan meludah di sumur nanti bibirmu sumbing. Wewaler tersebut berisi nasihat agar anak-anak tidak semena-mena terhadap sumur. Sumur sebagai sarana untuk bersuci, mandi, minum, dan aktifitas lain yang menurut masyarakat tabu untuk dikotori.Â
"Yen tangi aja awan-awan mengko rejekimu digondol pitik". Kalau bangun tidur tidak boleh kesiangan nanti rejekimu dipatok ayam. Mungkin disini para pembaca memahami nasihat apa yang terkandung di dalamnya. Betul sekali orang tua kita zaman dulu adalah pekerja keras, sebelum matahari terbit mereka sudah bekerja di ladang. Sedikit waktu sangatlah berharga.