Kau masuk ke dalam ruang
berdindingkan derita beratap jeritan.
Matamu binar menanti kepastian.
Tak lama datang yang empunya ruang
dengan jarum di tangan,
menusukmu pelan-pelan
sambil tersenyum menebar harapan.
Dengan pelan dia mengatakan;
"kau menderita aku kaya raya, kau
bahagia aku sengsara."
Bajingan.
Dia tertawa dengan lantang
di samping tubuhmu yang lemah
tak tertahankan.
Waktu berjalan dengan tampang
mengacuhkan, menyempitkan ruang
menyesakkan pikiran.
Kau dengan tenang
menenggak harapan,
bibirmu gemetar tertampar
kenyataan.
Sabar. Sabar. Sabar.
Kau lantunkan di ujung jendela
telingaku, menenangkan hati
yang gemetar.
(Surabaya, 21 Juli 2019)