Secara analogi, politik dapat saya katakan sebagai panggung musik orkestra yang memiliki bermacam instrumen yang membaur dalam satu frekuensi dalam mencapai tujuan dan menciptakan sebuah "masterpiece". Saya membayangkan masing masing instrumen politik ini harus tetap pada tempo dan tetap pada "chord"-nya masing-masing.
Sehingga dapat menghasilkan sebuah simfoni yang indah, rapi, dan klimaks. Yang terpenting adalah bagaimana belajar untuk memainkan alat musik anda pada waktu dan tempo yang tepat, dan penting juga untuk "menggabungkan"-nya dengan simfoni lainnya. Anda tidak bisa meraungkan terompet anda dengan keras saat simfoni harus memainkan kecapi pada saat itu.
Tapi penting juga bahwa "Konduktor orkestra" ini harus memahami seluruh komponen, serta dapat menggunakan semua instrumen secara strategis yang koheren dan terpadu. Jadi, pemikiran strategis terpadu adalah salah satu tugas intelektual paling sulit dan menantang, imbuhnya.
Kita tak harus berfikir sama, mari berfikir bersama-sama.
Di tulis oleh Teguh Subrata, S. IP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H