Mohon tunggu...
Teguh S Sungkono
Teguh S Sungkono Mohon Tunggu... Administrasi - in search for excellent

Dalam upaya merealisasikan kepedulian diruang nyata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengupas Pernyataan Prasetyo Edi Marsudi: “Negara ini Dibangun oleh Parpol”

22 Maret 2016   00:01 Diperbarui: 22 Maret 2016   09:41 5284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Sumber: pekanbaru.tribunnews.com"][/caption]Cukup mengagetkan bahwa ternyata arah pernyataan tentang Deparpolisasi yang dilontarkan oleh PDIP, pada ujungnya adalah bentuk permintaan pengakuan dari masyarakat bangsa Indonesia, bahwa parpol-lah yang berkontribusi pada kemajuan bangsa. Saya kutip kalimatnya dari kolom pro-kontra Kompasiana, “Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah PDI-P DKI Prasetyo Edi Marsudi menyatakan bahwa negara ini dibangun oleh partai politik, bukan oleh relawan”.

Bagi saya, pernyataan ini sama saja dengan mengatakan, “Anak saya tumbuh dewasa oleh karena saya sebagai bapaknya, bukan oleh tetangga.” Lah ya iyalah, karena negara ini menggunakan alat demokrasi sebagai tulang punggung sistem negara. Jika negara ini tidak menggunakan sistem demokrasi, yang MEWAJIBKAN kehadiran parpol dalam pelaksanaanya, maka sudah pasti bukan parpol yang berkontribusi terhadap pembangunan negara.

Sebagaimana JIKA sistem keluarga bukan berdasarkan darah keturunan, pastilah seorang anak, bisa jadi tidak dibesarkan oleh bapaknya, melainkan mungkin tetangganya. Itu semua tergantung kesepakatan dan kepatutan atas sistem yang mau digunakan.

Sehingga dari pernyataan seorang Prasetyo Edi Marsudi tersebut, terdapat unsur pamrih, pengharapan atas balas jasa, pengharapan atas penghormatan masyarakat terhadap hasil pembangunan negara (apakah berhasil?). Jadi beliau ini dengan kata lain, membolehkan mengatakan kepada anak kita, “Sayalah yang membesarkan kamu, bukan tetangga!”, “Supaya kamu sebagai anak harus ingat itu!”, “Itulah jasa saya kepada kamu!”.

Sementara dalam benak saya, mohon maaf jika benak saya masih dangkal, saya masih berproses untuk menuju tidak dangkal. Parpol itu adalah organisasi yang bertujuan mulia, murni, dan tanpa pamrih. Bahkan parpol itu adalah organisasi yang ‘memberi’ bukan ‘mengambil’. Sehingga orang-orang yang aktif dalam parpol adalah orang-orang yang ingin membangun masyarakat dan bangsanya untuk lebih baik lagi dan tanpa pamrih!

Maka dari itu, mereka ini ketika mewakili masyarakatnya untuk duduk sebagai anggota dewan, mereka dikatakan sebagai anggota dewan yang mulia. Kenapa mulia? Karena sumbangsihnya yang tanpa pamrih untuk kemajuan masyarakat dan bangsa.

Apa tugas seorang ayah? Membesarkan anaknya untuk tumbuh dengan sebaik-baiknya, untuk kemudian memiliki manfaat bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Apakah kita sebagai seorang ayah, mengharapkan pembayaran kembali atas jasa membesarkan anak? Apa yang diharapkan dari seorang anak kita? Bukankah cukup dengan respek mereka kepada kita, yang muncul akibat respek kita kepadanya, serta doa mereka yang mudah-mudahan dijabah Allah SWT sebagai doa anak yang soleh ataupun soleha?

Artinya cukuplah Allah SWT sebagai pembalas atas segala apa yang telah kita lakukan untuk keluarga, masyarakat dan bangsa. Jadi, boleh pamrih, tapi hanya pamrih kepada Sang Maha Pencipta. sehingga mudah-mudahan dengan sikap yang seperti ini, kita tidak mengharapkan apapun dari anak, masyarakat dan bangsa kecuali dari keridhoan Allah SWT semata.

Kembali ke pernyataan di atas, jika pamrih dari masyarakat dan bangsa ini yang diinginkan parpol, maka inilah bibit-bibit, maaf konsesi ataupun komersialisasi! Sehingga keaktifan seseorang di parpol dengan harapan akan mendapatkan keuntungan materil, baik yang bersifat tangibel (harta) ataupun intangible (ketenaran/popularitas).

Semua fenomena yang muncul belakangan ini, dengan mengacu kepada hukum sebab akibat, adalah buah dari apa yang ditanam selama ini. Kemunculan deparpolisasi sebagai buah, adalah akibat dari apa yang ditanam oleh parpol selama ini di masyarakat. Ketika masyarakat menerima dengan baik jalur independen sebagai pilihan, yang notabene sesuai dengan konstitusi, maka menjadi wajib bagi parpol untuk melihat ke dalam/introspeksi. Salahkan diri sendiri dulu sebelum menyalahkan orang lain, dan perbaiki apa yang telah keluar dari jalur idealisme parpol.

Dalam buku ‘Good to Great’, karangan Jim Collins, beliau menyatakan tentang kepemimpinan yang dasari oleh risetnya atas 2000 perusahaan multi-nasional, sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun