[caption caption="Ilustrasi: careerln.com"][/caption]Usaha mendapatkan karyawan baru yang masih fresh, energik, kritis dan dengan daya juang tinggi sudah beberapa kali kami lakukan. Metode rekruitmenpun telah dicoba dengan berbagai model, melalui konsultan HR, referensi, termasuk media cetak ataupun online. Namun setelah beberapa tahun usaha, bahkan 20% dari hasil rekruitmenpun tidak mampu didapatkan pemuda sebagaimana spesifikasi diatas yang menjadi kebutuhan kami.
Bagaimana usaha ini bisa dikembangkan jika sumber dayanya belum memenuhi standar kerja yang telah kami strategikan untuk mampu bersaing secara global? Alhasil kami masih berkutat pada fase entrepreneur (yaitu fase dimana segala keputusan masih ditangan pemilik) dan belum mampu masuk ke fase manajemen (yaitu fase dimana segala keputusan bukan lagi dilakukan oleh pemilik, melainkan manajemen) padahal usia usaha ini sudah mencapai 14 tahun. Alih-alih menjadi entrepreneur, sampai dengan saat ini masih self employed (yaitu memiliki usaha tetapi masih aktif dalam operasional perusahaan sehari-harinya.
Seringkali bersama mitra ataupun partner bisnis, kami men-sharing permasalahan ini dan ternyata nyaris sama. Bahkan salah satu kawan, yang membuka industri sejenis, dan usia usahanya telah mencapai lebih dari 20 tahun, tetaplah belum mampu masuk ke fase manajemen. Pada akhirnya sampailah pada satu titik kesimpulan sementara, bahwa ternyata kamilah yang sementara ini harus realize untuk menyesuaikan ekspektasi dan mengkalkulasi ulang target-target untuk bisa masuk ke pasar global.Â
Pada dasarnya terdapat banyak lowongan untuk posisi jabatan apapun, bahkan termasuk jabatan eksekutif. Permasalahannya adalah apakah anda, para pemuda, sudah memiliki daya tawar sebagai pribadi yang dibutuhkan oleh pasar kerja? Pribadi yang unggul. Patut untuk dipertimbangkan agar jangan sampai terjebak kepada orientasi kerja materil, tetapi fokuslah pada orientasi kerja yang mampu mengembangkan diri menjadi pribadi unggul. Materil hanyalah akibat, yang pasti akan kita dapatkan atas ijin Allah SWT apabila kualitas diri kita unggul dan tahan banting, no worry. Â
Silahkan diseksamai statistik BPS berikut ini, tentang penyerapan tenaga kerja:
[caption caption="sumber: http://www.bps.go.id"]
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa lowongan kerja yang tidak terisi adalah: 41.7%!!! yang didapat dari: (628.303 – 365.957) / 628.303 x 100%.
Ini fenomena apa? lowongan kerja yang tersedia pada tahun 2012 tersebut adalah sejumlah 628.603, tetapi jumlah tenaga kerja yang terserap hanyalah 365.947 orang!, sehingga terdapat sisa 262.656 lowongan yang tetap masih lowong!!
Dari hasil asesmen atas fenomena ini, kami mendapati beberapa dugaan kuat, salah satu yang utama adalah kemampuan softskill. Banyak sekali diantara mereka yang sebenarnya memiliki keterampilan teknis yang sangat baik, akan tetapi sangat rendah kemampuan softskill-nya. Mudah marah, ngambek, tidak tahan tekanan dalam bekerja apalagi target dan deadline pekerjaan, bahkan kemampuan mengantisipasi masalah pada kegiatan rutinpun tidak dimiliki! Minimnya kemampuan mengelola diri ini berakibat lemahnya fokus pada tujuan, yang berujung pada lemah kemauan dan miskin metodologi.Â
Selain tantangan bagi kami untuk terus mencari dan berupaya mengembangkan talent yang memiliki mentalitas unggul, inipun sebenarnya adalah tantangan besar pula bagi Hanif Dakhiri dalam kapasitas beliau sebagai Menteri Ketenagakerjaan. Dengan kerapuhan mentalitas angkatan kerja, bagaimana solusi untuk menyiapkan daya saing mereka dalam menghadapi era MEA yang sudah dimasuki?