"Rawe-rawe rantas, malang-malang buntas!" adalah pekikan motto arek-arek Surabaya yang menggetarkan dan menggentarkan nyali di dada penjajah Belanda pada masa perjuangan pascakemerdekaan yang ditandai sebagai Hari Pahlawan. Dan barangkali pekikan kata ini yang membuat siklon tropis pun selalu gentar memasuki wilayah perairan darat dan lautan tropis Indonesia.
Sistem pusat tekanan rendah atau yang dikenal dengan siklon tropis adalah fenomena meteorologis yang umum terjadi dan kehadirannya di beberapa negara selalu turut serta diikuti dengan beberapa fenomena lain seperti gelombang tinggi, badai, hujan es, hujan lebat, badai guntur hingga tsunami. Melihat begitu berbahanya dampak dan kerugian materiil dan immateriil yang ditimbulkan membuat Organisasi Meteorologi dunia memberikan perhatian penting dengan memantaunya 1 x 24 jam dan senantiasa mengedukasi masyarakat tentang siklon tropis.
Siklon tropis dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Pergerakan ini dikarenakan pola rotasi bumi (bumi yang berputar pada porosnya). Pola rotasi bumi dari timur ke barat ini yang menyebabkan arah pergerakan siklon tropis yang tumbuh di belahan bumi selatan khatulistiwa (BBS) berbeda dengan siklon tropis yang tumbuh di Belahan Bumi Utara khatulistiwa (BBU), di belahan selatan siklon tropis akan bergerak ke arah barat daya dan semakin menjauhi garis khatulistiwa sedangkan di belahan utara siklon tropis akan bergerak ke arah barat daya menjauhi garis khatulistiwa. Hal ini karena kekuatan pusaran angin pada siklon tropis dipengaruhi oleh nilai gaya koriolis, dan besar gaya koriolis itu semakin mendekati garis khatulistiwa akan semakin kecil hingga bernilai nol. Hal ini akan menyebabkan pusaran siklon punah ketika mendekati garis khatulistiwa.
Misalkan masyarakat Sulawesi Utara pasti akan mendapatkan dampak berupa angin kencang dan hujan lebat yang berujung banjir ketika ada siklon tropis yang tumbuh di perairan Pasifik Utara Sulawesi Utara dan Filipina. Begitu pula masyarakat pesisir Selatan Pulau Jawa akan mendapat dampak gelombang laut yang tinggi hingga di atas empat meter dan wilayah Pulau Jawa bagian tengah dan utara pasti akan mendapat curah hujan lebat karena banyak awan tumbuh sepanjang di Pulau Jawa ketika tumbuh siklon tropis di perairan Samudera Hindia. Hal ini serupa dengan yang dialami oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur daerah Kupang, Sabu, Rote serta Merauke dan Ambon ketika siklon tropis tumbuh di Utara Australia dan sebelah Selatan wilayah Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat tak perlu khawatir dan termakan isu berita hoax bahwa siklon tropis akan masuk wilayah Indonesia dan menghancurkan wilayah yang dilewatinya, karena bagi Indonesia, siklon tropis tidak akan memberi dampak merusak dan memorak-porandakan bangunan penduduk seperti yang terjadi di Jepang, Amerika, Australia, dan Filipina. Siklon tropis tidak akan 'berani' mendekati wilayah Indonesia kecuali mereka hanya 'ingin mati' saja karena gaya koriolis di Indonesia nol.Â
Adanya siklon tropis hanya akan memberi dampak pada keadaan atmosfer di Indonesia yang pada akhirnya memengaruhi kestabilan sistem cuaca Indonesia, yaitu akan terjadi pertemuan arus udara sehingga daerah pertemuan tersebut akan banyak ditumbuhi awan dan daerah yang ditumbuhi awan ini berpotensi disertai angin kencang dan petir hebat. Masyarakat juga tak perlu khawatir untuk mendapatkan akses informasi siklon tropis yang tumbuh di sekitar wilayah Indonesia karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah diamanati Undang-Undang untuk selalu memantau keberadaan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan melaporkan serta memprediksi dampaknya bagi keadaan cuaca di Indonesia.Â
Masyarakat hanya perlu menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan agar dampak fenomena meteorologis yang muncul akibat siklon tropis itu dapat diminimalisasi. Sehingga biarpun muncul hujan lebat namun tidak sampai terjadi banjir karena drainase sekitar tempat tinggal bagus. Biarpun angin kencang datang, pohon tak ada yang tumbang karena rajin dipangkas rapi sebelum angin datang. Mari menjaga alam bersama!
***
Teguh Setyawan, S.Tr.
*penulis adalah staf Subbid Peringatan Dini Cuaca BMKG Pusat Jakarta