Sebelum saya bercerita tentang pengalaman saya berkunjung ke rumah bekas multatuli, ada baiknya anda menonton terlebih dahulu film dokumenter telusur jejak multatuli. Diatas saya sematkan link youtube, anda tinggal klik dan menonton. Di film tersebut saya pun terlibat sebagai salah satu narasumbernya. Dengan menonton film tersebut kita akan mengenal siapakah Multatuli dan bagaimana perjuangannya. Setelah kita mengenal multatuli barulah kita mengenal rumah bekas multatuli yang saat ini akan saya bahas.
Saya berkunjung ke rumah bekas multatuli dua kali yaitu ketika saya mengikuti kegiatan pelatihan wisata kota dan kegiatan telusur jejak multatuli dalam rangkaian acara festival seni multatuli (FSM).
Rumah bekas multatuli ini berlokasi di jalan Iko jatmiko no 1 muara ciujung barat, rangkasbitung, kabupaten lebak, provinsi banten. Rumah ini lokasinya tersembunyi di areal rumah sakit umum Dr Adjidarmo (Rumah sakit ini pernah saya tulis kisahnya di kompasiana pada 12 Maret 2022--red), kenapa di sebut tersembunyi karena rumah bekas multatuli ini  berada didalam areal rumah sakit yang posisinya tak terlihat, untuk menuju rumah bekas multatuli ini kita harus masuk ke gerbang depan rumah sakit, memasuki lorong kemudian sampai dilokasi yang dimaksud. Posisinya didalam agak ketengah.
Rumah bekas multatuli ini dulunya pernah ditempati oleh Eduard Douwes dekker atau yang biasa kita kenal sebagai multatuli. Rumah ini ditempati multatuli ketika dirinya menjabat sebagai asisten residen di kabupaten lebak. Nama lebak menjadi terkenal ke seantero dunia karena novel yang ditulis oleh multatuli yaitu novel Max Havellaar. Lewat novel tersebut multatuli berhasil memblejeti semua keburukan yang terjadi pada masa ia menjabat sebagai asisten residen. Ia bahkan mengkritik secara tajam praktek kolonialisme yang dilakukan penjajah belanda kepada rakyat pribumi. Novel Max havellaar  ini pun bahkan menjadi pegas pendorong diberlakukannya politik etis dimana kebijakan ini memberikan angin segar bagi lahirnya kaum terpelajar di indonesia. Politik etis itu terdiri dari tiga hal yaitu edukasi,emigrasi dan irigasi.
Sekalipun multatuli orang belanda tetapi ia tak segan-segan mengkritik secara tajam praktek kolonialisme yang terjadi. selain itu multatuli pun selalu membela hak-hak pribumi yang saat itu tertindas oleh kolonialisme dan feodalisme. Nama besar dan kisah multatuli yang melegenda ke seluruh dunia ini ternyata berbanding terbalik dengan nasib rumahnya yang dulu pernah ia tempati. "rumah bekas multatuli" ini merupakan peninggalan bersejarah yang tertinggal dari multatuli namun kondisi rumah bersejarah ini sudah sangat mengkhawatirkan. saya sendiri serasa menangis tatkala melihat kondisi rumah bekas multatuli ini bentuk rupanya sudah rusak dan terbengkalai.
Kondisi bangunan rumah sudah rusak parah, jendela sudah rusak dengan beberapa kaca nako yang tertempel renggang di jepitannya, berdebu dan sampah berserakan dimana-mana. Rumah bersejarah ini bak rumah angker yang sudah tak berpenghuni lama. Tembok dinding plesterannya banyak terkelupas dan banyak sarang laba-laba di sudut langit-langit. Kondisi bangunan sudah tak karuan lagi bahkan sudah tak mirip lagi bangunan belanda tahun 1856 dimana multatuli masih menjabat. Sebuah pemandangan yang menyedihkan sekali, ingin sekali saya rasanya menangis melihat ini semua.
Sebagian bangunan sudah hilang karena rusak dan menyusut sementara sisa bangunan yang ada posisinya membujur ke timur-barat lengkap dengan teras. Halaman ruas jalan depan rumah di pakai untuk parkir motor pegawai rumah sakit yang bekerja. Bentuk bangunan persegi panjang beratap genting. Bangunan memiliki dua ruangan utama sisi timur 40,3 m dan sisi barat 23,4 m. Ruangan sisi timur berlantai keramik baru warna putih sedangkan di sisi barat berlantai tegel lawas berbentuk segi enam abu-abu dengan ukuran tiap sisi 15 cm. Pintu dan jendela model baru bentuk klam lapisan triplek dan jendela kaca dan nako serta bagian atasnya dilengkapi ventilasi. Total luas bangunan berukuran 83,5 m berdiri diatas lahan 2000 m.
Saya berharap agar fihak-fihak berwenang bisa memugar bangunan ini agar bisa diperbaiki dengan tentunya tidak mengubah bentuk aslinya, dibutuhkan ahli-ahli arsitektur hebat dalam mereka ulang bangunan ini didasarkan pada fondasi dan catatan-catatan sejarah. Besar harapan saya bangunan ini bisa diperbaiki dan dipugar supaya bisa dinikmati oleh penikmat wisata sejarah dan masyarakat umum. Bangunan ini adalah bangunan bersejarah sehingga masuk terdaftar dalam kategori bangunan cagar budaya.Â
Hal tersebut termaktub dalam Surat keputusan bupati; SK no 112/M/2018 dengan level pemeringkatan cagar budaya kabupaten. Semoga di masa yang akan datang bangunan ini yaitu rumah bekas multatuli bisa dipugar dan diperbaiki agar kita semua bisa mengunjungi bangunan ini seraya belajar sejarah.Bangunan ini bernilai sangat tinggi dan merupakan warisan masa lalu yang patut dijaga dan dipelihara. [TS]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H