Mohon tunggu...
Putu Teguh Satria Adi
Putu Teguh Satria Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Part time traveller and writer // Full time Mechanical Engineering Student // mail: putuh_teguh@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Visi Paul Polak dalam Konversi Limbah Pertanian

18 April 2015   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapat julukan sebagai negara agraris tentu saja Indonesia sangat mengandalkan perekonomiannya di sektor pertanian. Tapi perlu diketahui bahwa bertani pun dapat menghasilkan limbah. Limbah yang jumlahnya tidak sedikit ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar apabila dimanfaatkan dengan baik. Salah satu sumber biomassa ini dapat diolah menjadi lebih bernilai dengan berbagai cara. Cara yang paling dikenal saat ini adalah Torefaksi. Torefaksi adalah proses pembakaran pada suhu 200-300°C selama 2-3,5 jam tanpa membutuhkan oksigen. Jadi, limbah pertanian atau jenis-jenis biomassa lainnya dimasukan ke dalam bilik yang cukup besar dan dipanaskan. Saat proses berlangsung, biomassa akan mengeluarkan gas. Kehilangan gas berarti pula kehilangan massa. Yang menarik dari proses ini adalah biomassa akan kehilangan massa lebih cepat dibandingkan kehilangan energi yang tersimpan yang nantinya dibutuhkan untuk pembakaran. Pada akhirnya arang yang tersisa akan mengandung lebih banyak energi. Selain itu sifatnya juga tahan air sehingga mempermudah pemindahan maupun penyimpanan.

Kendala yang dihadapi adalah modal yang dibutuhkan untuk membuat pabrik torefaksi sangat besar. Oleh karena itu Paul Polak, yang merupakan CEO Windhorse International, memiliki visi untuk mendesain pabriknya semurah mungkin hingga mencapai $25.000. Seperti yang disampaikannya saat AMSE International Mechanical Engineering Congress and Exposition yang berlangsung di Montreal pada bulan November 2014 lalu. Pabrik Torefaksi skala desa ala Polak menawarkan keuntungan yaitu lokasi yang dekat dengan sumber bahan mentah dan penekanan biaya transport limbah pertanian yang cukup tinggi. Pabrik ini nantinya dapat beroperasi dengan 10 ton biomassa per harinya yang dikumpulkan dari radius 4-5 km, yang mana sangat menekan biaya transportasi. Tiap pabrik akan menghasilkan 7 ton briket dengan harga pasar yang mencapai $1000 per harinya. Merupakan tantangan yang sangat menarik untuk para engineer. Mudah-mudahan teknologi yang sangat bermanfaat ini nantinya dapat membantu negara-negara berkembang, salah satunya tanah air kita ini. Dengan pengolahan limbah pertanian melalui cara ini tentunya dapat mencicil jalan panjang kita menuju Indonesia dengan Energi Terbarukan. Solusi dapat datang darimana saja, kita doakan saja supaya semakin banyak solusi-solusi menarik yang dapat kita terapkan di negara kita. Salam, Aachen, 17 April 2015 Sumber: http://www.paulpolak.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun