Mohon tunggu...
Teguh Primandanu
Teguh Primandanu Mohon Tunggu... -

Manusia biasa yang banyak salah dan masih butuh banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Micin Penghambat Guru Disiplin

11 Februari 2018   23:32 Diperbarui: 11 Februari 2018   23:41 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era sekarang ini banyak kita ketahui kasus-kasus yang sangat memprihatinkan. Pasalnya anak muda generasi micin yang menjadi ujung tombak dari permasalahan itu. Generasi muda kreatif dan inovatif yang sering mengharumkan nama bangsa Indonesia kini sudah tak mudah kita temui. Akar dari permasalahan tersebut yakni orangtua terlalu memberi kebebasan kepada anak dan juga tidak membatasi sifat, perilaku anak tersebut. Sehingga anak yang seharusnya bisa mandiri, akhirnya menjadi anak yang manja dan inginnya selalu diperhatikan oleh orangtuanya.

Beberapa minggu yang lalu telah terjadi kasus seorang siswa yang tega membunuh gurunya lantaran ia kesal diperingatkan oleh gurunya karena ia merasa tidak bersalah. Betapa mirisnya moral dan pendidikan di negeri ini. Seorang siswa yang berkewajiban hormat, patuh dan menghargai guru kini sudah menjadi kata demi kata yang kumuh, lusuh tak berguna lagi. Dan beberapa hari yang lalu juga terjadi siswa menantang gurunya berkelahi. Sampai-sampai guru tersebut terdiam tanpa kata melihat tingkah laku siswa yang kurang ajar dan seenaknya sendiri itu.

Alangkah lucunya negeri ini. Siswa yang orangtuanya kaya, anak pejabat, anak tentara lebih dihormati dan dihargai oleh guru daripada siswa yang terlahir dari seorang petani, buruh pabrik. Ini sudah menjadi pemikiran yang salah. Karena pada dasarnya siswa memiliki derajat yang sama, yang membedakan bukan status sosialnya, melainkan proses ia berfikir atau kecerdasan seorang siswa tersebut.

Sudah menjadi tugas orangtua mengingatkan anaknya apabila melakukan kesalahan. Sekali-sekali dipukul pun tak akan menjadi masalah, malah mendidik anak tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang telah ia perbuat, sehingga generasi berikutnya akan menjadi generasi yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Apabila anak terlalu dimanja dan diberikan kebebasan, akan berpengaruh juga pada karakter anak tersebut di sekolah. Pasalnya di rumah ia terlalu dimanja dan diberi kebebasan, sehingga kebiasaan tersebut akan ia terapkan ketika berada di sekolah.

Saat ini, guru enggan untuk menegur siswa. Karena sudah banyak sekali guru yang masuk penjara gara" terlalu disiplin, selalu menghukum dan memberi sanksi bagi siswa yang melakukan kesalahan. Sehingga ketakutan untuk menegakkan keadilan akan selalu menghantui guru tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk sosial sebaiknya selalu mengingatkan kepada teman-teman kita yang melakukan perbuatan tidak baik dan janganlah seenaknya sendiri tanpa memikirkan nasib / perasaan orang lain. Karena sejatinya keegoisan itu akan membawa dampak buruk bagi dirinya sendiri, entah itu dikucilkan, susah bersosialisasi dengan orang lain dan juga mungkin sampai banyak orang yang membencinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun