Mohon tunggu...
Teguh Si Mentor
Teguh Si Mentor Mohon Tunggu... Freelancer - sederhana saja

mari membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Lupa, Kita Pernah Sedekat Itu, Sahabat

29 Agustus 2019   13:40 Diperbarui: 20 November 2019   03:33 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Sahabat Lutfi

Pagi itu matahari kian meninggi, tanda bahwa hari sudah akan siang. Pagi ini saya sedang ngopi di Kriwul Coffe & Poll, tepatnya di belakang kampus UIN kota Malang, sambil di temani sahabat baik saya Lutfi, crew Kriwul Coffe. Pada bagian pertama ini saya ingin menceritakan kekaguman saya. Saya kagum pada sahabat baik saya, Lutfi. Kagum kenapa' kagum karena kepribadiannya yang suple dan etos kerja yang menurut saya sangat tinggi banget.

Nah, pada bagian yang kedua ini' saya ingin membagikan apa yang Lutfi ceritakan kepada saya. Beberapa bulan yang lalu, ia menceritakan kepada saya bahwa ayahnya telah meninggal dunia. (Cerita inilah yang mengawali pembicaraan kami). 2 tahun yang lalu ia tercatat sebagai mahasiswa UNIBRA semester 4 kota Malang. Hari ini ia berhenti kuliah karena keadaan sudah berubah, semua sudah tidak seperti dulu' katanya. Dulu, ia dilahirkan dari keluarga yang bisa dibilang serba kecukupan. Rumah mewah, mobil empat, ingin ini-itu tinggal tunjuk bisa terpenuhi.

Sejak ayahnya meninggal, ia harus berhenti dari kuliah karena alasan biaya uang kuliah yang sangat besar. Semua aset berharga keluarga harus dijual karena tidak ada yang mengurus dan berbagai alasan lainnya. Hari ini saya mengenal Lutfi sebagai penjaga warung kopi & Ojek Online di kota malang. Sebagai tambahan saja, bahwa Lutfi kerja 8-jam perhari sebagai penjaga warung kopi, di tambah 12-jam kerja sebagai ojek Online. Bayangkan saja, sejak ayahnya meninggal kehidupannya drastis berubah 180%. Eh, tapi yaudah lah ya. Namanya juga hidup. Jalan manusia dalam menghadapi hidup di dunia ini juga beda-beda sesuai dengan kehendak tuhan yang diberikan kepada masing-masing dari kita.

Sudut pandang saya terhadap Lutfi sih gini, dengan kepribadian yang suple dan etos kerja yang tinggi' menurut saya sih sangat membantu dalam bersosial terhadap lingkungannya, juga sangat baik terhadap proses kehidupan yang di lewatinya. Kenapa, dalam ini sering kali kita disuguhkan dengan persoalan-persoalan masalah hidup yang tiba-tiba saja terbalik berlawanan arah dan hal itu terjadi tanpa kita bisa menduga-duga.

Kenapa saya menulis kisah sahabat baik saya bernama Lutfi ini? Karena ini juga menjadi salah satu bahan renungan saya untuk introspeksi diri saya sendiri. bahwa saya juga harus menjadi pribadi yang lebih baik lagi, etos kerja saya juga harus di perbaiki lagi. Supaya apa, supaya kualitas kehidupan saya menjadi lebih baik lagi. Toh juga, sejauh apupun manusia melangkah, di manapun tempat kamu berproses, apapun ilmu yang kamu dapat, ambisi apapun yang ingin kamu raih, impian apapun yang ingin kamu capai, jika itu semua kamu dapatkan dan tidak menjadikan pribadimu menjadi lebih baik lagi, tidak menjadikan kualitas hidupmu menjadi semakin meningkat, maka percalah, itu semua akan sia-sia.

Terakhir, sebagai penutup?

Mari berproses, mari mengejar mimpi dan asa, mari mengambil pengalaman hidup yang baik, mari kita melanjutkan hidup kita dan tentunya mari KITA BERKARYA.

Selamat Malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun