Menindaklanjuti kondisi tersebut, saya berdiskusi dengan pak Arifin dan menyimpulkan bahwa perjalanan saya tidak bisa dilanjutkan karena aki akan 'tekor' tak lama lagi. Saya sempat meminta ke pak Arifin untuk mengganti saja satu set alternator tersebut namun sayangnya karena termasuk suku cadang yang jarang dipakai (slow moving) barang tersebut tidak ada.
Setelah berdiskusi lagi, akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk bermalam di Tegal dan melanjutkan perjalanan esok paginya setelah pengecekan dan perbaikan carbonbrush di bengkel dinamo dimaksud. Kondisi inipun juga masih tanda tanya, karena kalau ternyata bila diketahui permasalahannya adalah di IC maka karena tidak tersedianya spare part perjalanan mudik kami akan terancam.
Ditengah kecamuk pikiran, saya berusaha untuk tetap tenang dan menerima kondisi ini dan memutuskan untuk bermalam dan mencari hotel. Setelah mengucapkan terima kasih ke pak Arifin atas bantuannya saya pun memutar mobil hendak keluar bengkel. Tiba-tiba, belum juga mobil saya putar mesin mobil mati dan sudah tidak bisa distarter kembali.
Pak Arifin kembali menghampiri saya dan untuk alasan keamanan menawarkan untuk meninggalkan mobil di bengkel saja dan dicek secara detail esok pagi setelah para montir lengkap. Setelah diskusi sebentar dengan istri, saya menyetujui tawaran pak Arifin dan memarkir mobil setelah distarter dengan cara dijumper di deretan mobil yang juga bermalam karena ketiadaan suku cadang.
Tak lama, saya dikagetkan dengan penawaran pak Arifin bahwa ia telah meminta stafnya untuk mengantar kami mencari hotel. Dengan alasan sekalian ngetest salah satu mobil, dan saya yang awam dengan kota ini tak kuasa kami menerima penawaran yang luar biasa ini. Setelah bertukar nomer telpon dengan membawa barang seperlunya dari dalam mobil, kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan pak Arifin.
Akhirnya tak lama kemudian saya diantar ke hotel dan harus bermalam di kota Tegal.
Sesampainya di hotel, saya memikirkan atas semua yang telah terjadi termasuk pengalaman di bengkel. Tiba-tiba saya teringat pada sebuah buku yang pernah saya baca beberapa tahun lalu. Dalam buku tersebut, Jim Dornan salah seorang penulis favorit saya menjelaskan akan arti penting pola pikir untuk berani menyatakan "Kenapa Tidak?" Ya, "Kenapa Tidak?" dalam konteks memberikan servis yang terbaik bagi pelanggannya.
Petugas satpam yang menolak kami sebetulnya tidak salah karena mungkin selama ini prosedur yang harus ia jalankan adalah seperti itu. Petugas satpam berusaha untuk tegas dan secara lurus mengikuti SOP yang harus dipatuhinya. Dengan tegas petugas satpam tersebut menjadi saringan awal untuk menolak permintaan servis diluar jam kerja.
Namun demikian, tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh pak Arifin. Dari sudut pandang saya, dia termasuk orang yang berani mengatakan "kenapa tidak" untuk memuaskan pelanggannya. Pak Arifin memberikan kesan bahwa segala sesuatunya bukan tidak mungkin dilakukan untuk memuaskan pelanggannya. Selalu ada jalan keluar terhadap kondisi tidak normal dan tidak terlalu kaku kepada aturan dalam arti positif secara langsung memberikan image yang positif bagi dirinya dan bengkel.
Pak Arifin bisa saja menolak kami dan langsung meminta kembali esok harinya saja. Namun dengan sudut pandang lain, ternyata pak Arifin tetap memberikan servis yang terbaik sebisa mungkin dengan keterbatasan yang ada saat itu. Belum lagi pak Arifin memberikan servis tambahan berupa pertolongan dengan mengantarkan kami ke hotel terdekat. Akhirnya saya menilai bahwa perusahaan bengkel tersebut bisa dikatakan berhasil dan beruntung memiliki seorang pegawai seperti pak Arifin yang telah berhasil memberikan image positif dari saya.
Di hotel, walaupun kecewa terhadap gangguan yang kami alami dalam mudik kali ini, saya berusaha untuk menerimanya dengan hati lapang. Saya merasa bahwa mungkin memang harus seperti ini jalan yang akan kami lalui. Saya menganggap bahwa yang terjadi hanyalah "mudik saya sedikit terhambat" dan tidak memikirkan apakah hal itu sebuah kesialan atau bukan.