Mohon tunggu...
Teguh Iqbal
Teguh Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya mahasiswa UIN SUnan gunuung djati bandung, memiliki hobi menikmati film, membaca buku dan menikmati filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyoroti Covid, Paslon 02 gubernur DKI: "Percaya tuhan atau covid?" Terjebak diantara teologi dan humanis

16 November 2024   19:01 Diperbarui: 16 November 2024   19:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertarungan pilkada di tahun 2024 sangat menarik untuk dinanti, karena disanalah para kandidat akan mempaparkan visinya, progrmanya yang akan diberikan kepada masyarakat, terlepas dari hal itu, ada hal menarik ketika debat pagelaran pilkada dki Jakarta tahun 2024, ketika kandidat paslon nomer urut 01 Ridwan kamil bertanya kepada paslon 02 mengenai isu kesehatan khususnya mengenai pandemic covid-19, paslon 02 menjawab bahwa semua itu “omong kosong”

Setelah debat, wartawan pun bertanya lagi tentang covid, tentu saja karena narasi yang dikeluarkan ketika debat mengandung pro dan kontra bagi seluruh golongan di negeri ini, khususnya bagi keluarga yang ditinggal wafat oleh orang tersayangnya dengan terinfeksi covid

“Anda tidak percaya covid?”

Beliau pun menjawab dengan tegas. “Saya percaya sama tuhan, bapak percaya sama tuhan atau sama covid?”

Sontak pertanyaan beliau ini membuat wartawan terdiam dan pada akhirnya mengganti ke pertanyaan berikutnya.

Pernyataan “percaya tuhan atau covid” tentu kontroversi, sebab jika kita coba melihat data yang diberikan oleh kementerian kesehatan, setidaknya ada lebih dari 4 juta kasus covid, dan sebanyak 3,4% jiwa kematian atau sekitar 143.500 jiwa. Ini tentu memberikan rasa sakit hati bagi mereka yang ditinggalkan oleh keluarga tercinta akibat covid.

Mari kita coba analisis lebih mendalam terkait pernyataan ini dalam beberapa point yang sudah kami simpulkan.

  • Pernyataan percaya “tuhan atau covid” tidak selaras.
    Kami katakan tidak selaras karena pernyataan percaya tuhan atau covid memiliki ruang lingkup kajian yang berbeda, tuhan erat kaitanya dengan teologi, dimana mencoba memahami sifat tuhan, kepercayaan kepadanya dan prinsip-prinsip keyakinan spiritual tercantum pada kajian teologis, sementara covid ruang kaijan nya pada humanis, kenapa demikian? Karena manusia memiliki kemampuan secara rasional untuk berpikir tentang covid. Maka pernyataan ”tuhan atau covid” seakan seperti terjebak pada teologi dan humanis yang sebenarnya memiliki kajian dan ruang lingkup yang berbeda
  • Epistimologi dari pernyataan “tuhan atau covid” berbeda
    Jika kita mencari tahu kebenaran tuhan secara epistimologis, maka tidak bisa dibuktikan secara empiris, maka pendekatan rasional yang paling memungkinkan membuktikan kebenaran tuhan secara ilmiah menurut kajian epistimologis, sementara covid bisa dibuktikan kebenaranya secara empiris, sehingga pernyataan “tuhan atau covid” seakan-akan masuk akal, tapi justru jembatan untuk menyatukan dua diksi ini sangat berbeda

Dari 2 point diatas, sebenarnya kita bisa coba pikirkan dengan kaal sehat bahwa pernyataan “tuhan atau covid” saja sudah tidak dapat diterima pernyataanya, sebagaimana ada pernyataan “lebih baik muslim yang jahat atau kafir yang baik?”. Pernyataan ini jika kita kaitkan dengan 2 point diatas, akan Nampak kesenjanganya, pertama kajianya berbeda, yang satu muslim dan yang lainya kafir, dan kedua pembuktianya akan berbeda karena yang satu menjelaskan yang salah atau buruk, yang lainya menjelaskan yang baik. Maka pernyataan semacam ini tentu terjadi kesenjangan.

Dari tulisan ini yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita perlu cermat dalam menerima informasi atau pernyataan yang masuk, kita olah dalam cara berpikir kita sesuai kaidah filsafat ilmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun