Jam HP menunjukan pukul 02.30 WIB, aku pun mulai beranjak dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan semuanya. Aku dan rekan kerjaku telah dijemput olehsopir kantor, di pagi buta dan lengangnya jalan di ibukota, aku sudah meluncur ke bandara untuk memulai perjalanan baruku.Perjalanan yang mungkin tidak semua orang bisa bayangkan.
Ditengah antrinya orang-orang checkin bagasi, panggilan keberangkatan pesawat tujuan kota maluku di suarakan lewat pengeras suara bandara. Aku dan temanku pun terkaget sambil mendesak petugas agar dipercepat proses checkin. Suara perut mengikuti perjalananku selama di pesawat, hampir memakan waktu 3 jam lebih untuk sampai di tempat tujuanku
--------------
Waktu menunjukan pukul11.30 WIT, kaki terasa sudah enggan berjalan. Akhirnyasampai kita di kota tujuan, Ternate.Logat bahasa yang aneh didengar telinga pun mulai terdengar, gaya bahasa orang timur. Badanku sudah terasa lemas dan tak berdaya, perjalanan yang cukup panjang dengan keadaan perut kosong itu sangat menyiksa. Aku pun mulai berkeliling kota untuk mencoba mencari dan menikmati makanan. Setelah berjalan beberapa meter, aku pun tertarik untuk mampir ke sebuah warung makan. Tak terasa, aku telah menghabiskansatu piring nasi goreng. Memang mantap menikmati makanan disaat perut sangat lapar, Setelah membayartagihan ke kasir akupun langsung beranjak dari tempat dudukku dan menuju penginapan.
-------------------
Ramainya suara orang di sana-sini mulai terdengar setelah aku turun dari mobil, begitu juga ramainya porter menawarkan jasanya untuk mengangkat barang-barang para calon penumpang. Aku masih sedikit tidak percaya tentang keadaan ini, keadaan yang mengharuskan aku naik kapal untuk menyebrang lautan. Dengan pikiran setengah tidak percaya, akupun langsung naik ke atas kapal dan diiringi beberapa orang Porter yang membawa barang-barangku.Akupun sampai di kamar yang sudah aku pesan sebelumnya, kamar ukuran4 x 3 meter yang cukup buat merebahkan badan. Dalam setengah tidurku, aku memandang langit-langit kamar kapal sambil bertanya dalam hati, “ Siapkah berpetualang??”. Ditengah lamunanku yang tidak jelas aku dikagetkan oleh suara Klakson mobil dan peluit,tapi yang ini lebih keras terdengarnya. Ternyataitu tanda kapal ini akan berangkat, disitu pula aku teringat sebuah film Titanic, film yang cukup bagus dan menyeramkan bagiku. Tiba-tiba temanku menyodorkan sebuah botol minuman yang menurut saya agak aneh warnanya, dan ternyata itu adalah minuman pencegah mabok laut. Dengan muka capek, aku pun langsung meminum setengahnya dan berharap aku tidak mabok laut.Tidak terasa kapal sedikit demi sedikit meninggalkan kota ternate, aku memandang dari kejauhan gemerlap kota ternate dari kejauhan. Sungguh indah kota itu, meskipun tidak begitu luas tapi sangat indah . Kota itu makin lama terlihat semakin kecil dan kecil, sampai hanya terlihat seperti seberkas cahaya yang lama kelamaan menghilang. Akupun masuk kedalam kamar dan merebahkan badan berharap tidak terjadi apa-apa dengan kapal ini.
----------------------------
Aku seperti seorangpetualang yang melalang buana, seperti anakelang yang siap untuk terbang bebas ke dunia luar. Aku siap untuk menghadapi dunia baru, siap untuk menerjang segala rintangan seperti sang prajurit yang siap mengahadapi medan pertempuran. Di tengah mimpi tidurku tersentaksuaraorang dengan logat bahasa ambon menjajakan barang dagangnya dari kamar per kamar, dan akhirnya aku terbangun dari tidurku. Pegal –pegalterasa di badanku ini, waktu menunjukan pukul 06.30 WIT ternyata masih perlu setengah hari lagi untuk sampai ditempat tujuanku. Sambil menikmati pagi, aku mencoba untuk keluar dari kamar dan mencari sosok suara penjual yang sempat membangunkan tidurku tadi. Aku menemukan sosok itu di pojokan kabin kapal denganmuka lusuh dia menawarkan dagangnya kepada orang yang lewat. Dia seorang ibu-ibu tua umur yang sudah tidak muda lagi, sejenak terlintas ibuku di rumah. Ya, aku merasa telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Aku pun mulai mendekat ke pedagang itu, dan melihat apa yang dijualnya. Dan aku membeli 2 bungkus nasi kuning beserta gorengan, masih sambil setengah sadar dari bangunku ternyata aku menemukan salah satu makanan kesukaanku. Iya,Nasi kuning adalah makanan favoritku dari kecil, dulu ibuku sering membelikan setiap beliau pulang dari pasar.Sambil jalan menuju kamarku di kapal, aku melihat sekeliling kapal dan orang-orang di sekitarku. Timbul pertanyaan dalam hati, kenapa di kapal harus di bangun 2 tingkatan yang berbeda. Tingkatan pertama untuk kalangan atas, dan tingkatan kedua untuk kalangan menengah ke bawah. Semua itu terasa tidak adil, tidak semua orang bisa menikmati perjalanan laut mereka dengan kondisi seperti itu. Memang hidup....!!
---------------------------------------
Di sepanjang perjalananku, terlihat di kanan kiri pulau-pulau kecil, aku sadar negara indonesia memang kaya akan pulau. Sekitar 1 jam lagi, aku akan sampai di pelabuhan tujuanku. Entah tempat seperti apa yang akan aku jumpai nanti, pikiranku melayang entah kemana saat itu. Dan tepat pukul 14.00 WIT, aku sampai pelabuhan kecil disebuah pulau yang terpencil. Namun, aku cukup terkaget dengan keindahan sekitarku saat itu. Warna air laut yang biru dan bening, dengan pemandangan pegunungan yang sangat indah, anak-anak kecil berenang kesana kemari. Dan, aku suka sekali pantai, suka sekali hutan, aku suka negeriku...
Tiba-tiba ditengah kekagumanku, ada seorang supir speedboat mendatangiku..
Ternyata perjalananku masih harus berlanjut..
*nantikan cerita perjalananku selanjutnya, di Pulau itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H