Mohon tunggu...
Teguh Priyanto
Teguh Priyanto Mohon Tunggu... -

Seorang lulusan Fakultas kehutanan UGM \r\nSeorang Petualang, menyukai hal-hal baru,Suka membaca dan Berkeinginan ingin menjadi seorang penulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekarsari

14 November 2013   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13844027171861157109

Suara ringtone hp tiba-tiba membangunkanku dari tidur siang, aku sedikit terkaget membaca sebuah pesan instan yang masuk ke nomorku. Bukan karena itu nomor baru, tapi isi sms itu benar-benar membuatku terharu. Itu sms dari salah seorang muridku dulu di Sebuah sekolah SMP di pelosok sana. “ Kak, sebentar lagi kami akan menghadapi UAN dan kalau sudah lulus nanti aku akan lanjut ke SMA ke kota. Biar bisa kuliah di kota seperti kakak, seperti yang pernah di ceritakan kakak dulu kalau di kota besar kita bisa mengejar mimpi kita’’. Aku tersenyum bangga...!!

-----------------------

Cerita ini berawal ketika aku lulus dari sebuah perguruan tinggi negeri di kota jogja. Seperti halnya mahasiswa lain yang telah lulus, akupun di sibukkan dengan pencarian kerja. Hingga pada suatu saat, aku di terima disebuah perusahaan swasta di jakarta. Dan artinya aku pun harus pindah untuk menjadi warga ibukota.Tepatnya awal bulan mei aku sudah mulai harus bekerja, namun aku harus mengikuti kegiatan management trainee terlebih dahulu selama 4 bulan. Itu memang sebuah program yang menjadi prasyarat kantorku untuk menguji kemampuan karyawan baru, apakah memang benar-benar layak untuk bergabung atau tidak.Hampir 2 minggu aku mengikuti program itu di kelas, dan untuk pertengahan bulan mei aku dan bersama rekan kerja baru yang lainnya akan menjalani praktek di kalimantan tengah selama3 bulan.Aku sangat bersemangat sekali mengikuti program tersebut, karena di samping mendapat pengalaman baru akupun bisa berjalan-jalan ke kalimantan dengan gratis. Tanggal 15 mei 2013 aku meninggalkan ibukota untuk menjelajah tanah borneo.

-----

Hawa panas tidak biasa tiba-tiba terasa jelas di kulit, pohon kelapa sawit sekitar airport terlihat seperti memberi salam penghormatankepada setiap orang yang turun dari pesawat. Aku saat itu telah sampai di sebuah bandara kecil di kota sampit, salah satu kota di provinsi kalimantan tengah. Aku bersama rekan-rekan kerjaku telah dijemput oleh supir kantor dan langsung menuju ke tempat tujuan kami. Untuk sampaike tempat praktek, aku harus menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam. Perjalananku saat itu sangat menyenangkan, karenaaku melewati hutan dan perkebunan sawit. Benar-benar perjalanan baru yang asyik pikiranku saat itu.Di samping itu, aku melewati beberapa perkampungan suku dayak yang mana mereka adalah suku asli kalimantan.

Hampir menjelang maghrib aku pun sampai di sebuah tempat yang mirip perkampungan desa, tempat itu adalah areal kawasan perusahaan tempatku kerja. Aku merasakan betapa tentramnya hati, suasana hutan yang sudah lama tak pernah aku rasakan akhirnya kembali aku nikmati. Sejuknya udara sore yang hampir petang dan ditambah suara hewan malam yang mulai terdengar begitu menambah mesra dan menyatu dengan alam saat itu. Sekali lagi aku bangga sekali menjadi seorang forester indonesia.

Putaran waktupun serasa begitu cepat, kegiatan demi kegiatan trainee yang disiapakan oleh team kantor sudah aku lalui. Hingga suatu ketika,kegiatan sosial masyarakat ( CSR ) yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Mungkin bagi segelintir orang, kegiatan itu tidak begitu menarik dan terkesan biasa saja. Namun bagiku, kegiatan itu adalah akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Mengapa demikian? Karena dari kegiatan sosial ke masyarakat aku bisa belajar mendalami kehidupan sekitar, baik itu dari budayanya maupun tingkah laku masyarakat sekitar. Aku dan rekan kerjaku yang lain mendapat kesempatan mengajar untuk beberapa hari di sebuah Yayasan Pendidikan TK – SMP yang di dirikan oleh perusahaanku, yayasan sekolah itu bernama “Sekar Sari’’.

----

Pagi itu cukup cerah, aku dan rekan kerjaku yang lain sudah rapi dengan kemejadan sepatu fentofel seperti layaknya seorang guru. Untuk sampai di sekolahan sekar-sari, aku harus berjalan kaki kurang lebih dua kilometer melewati perkampungan dayak. Namun hal itu tidak menciutkan semangatku. Suara riuh anak-anak sudah terdengar dari kejauhan, terlihat anak-anak berseragam merah putih dan putih biru bermain di lapangan sekolah, betapa senangnya mereka bermain. Aku melangkah ke sebuah ruangan guru di pojokgedung, lontaran senyum di perlihatkan oleh beberapa orang siswa yang berpapasan denganku sebagai isyarat salam pertemuan. Aku di sambut hangat oleh kepala sekolah dan beberapa orang guru. Sempat kepala sekolah bercerita pagi itu mengenai pengajar yang ada, banyak guru-guru ber title S.pd yang memilih mengundurkan diri dari sekolahan itu. Entah itu karena masalah gaji, atau tidak kuat di tempatkan di pelosokdesa seperti itu. Sungguh, seandainya para sarjana pendidikan di indonesia ini banyak yang tidak mementingkan materi, pasti bangsa ini akan menjadi bangsa yang cerdas. Namun materi memang sudah menjadi tolak ukur hidup manusia di jaman sekarang, maka tidak heran kenapa demikian. Guru SMP yang tersisa saat itu hanya 5 orang, mereka adalah istri para karyawan perusahaan kantorku yang rela membagi waktunya untuk mengajar. Meskipun sebagian mereka bukan lulusan sarjana, namun niat mereka sangat mulia. Mereka mengajar dengan sistem rangkap beberapa mata pelajaran, tapi hal itu tidak membuat mereka mengeluh. Aku diperbantukansebagai guru matematika kelasVII .

Suasana hening menyambutku ketika masuk ke sebuah ruang kelas , mataku tertuju ke papan tulis di depan. Suasana berubah ketikaaku menuliskan sebuah nama dan langsung memperkenalkan diri, terlihat senyuman dari masing-masing siswa. Dan dalam hitungan menit, aku bisa langsung akrab dengan mereka. Disetiap materi yang aku sampaikan sesekali aku selipkan motivasi maupun candaan agar mereka terhindar dari kebosanan. Aku memang menyukai dunia guru dari dulu dan itu memang pernah menjadi cita-citaku masa kecil. Meskipun aku seorang lulusan dari sebuah fakultas kehutanan, aku yakin bisa menjadi seorang pengajar.

Bel satu jam mata pelajaran telah berbunyi, sisa waktu mengajarku tinggal 1 jam lagi. Di sisa jam yang ada sengaja aku manfaatkan untuk kegiatan tanya jawab. Siswa aku bebaskan untuk bertanya seputar dunia luar, sesekali aku sempatkan juga bercerita tentang perjalananku dari kecil sampai aku lulus kuliah. Banyak dari mereka yang cukup tertarik dengan ceritaku, terlihat dari ketawa dan respon mereka yang antusias. Ada satu kalimat dari seorang murid yang aku ingat sampai sekarang “Aku ingin kuliah di kota nanti seperti kakak ’’. Banyak yang bisa di simpulkan dari kata tersebut, betapa semangatnya yang tinggi mereka untuk bercita-cita meskipun tinggal jauh di pedalaman. Aku sangat senang bisa berbagipengalaman dengan mereka, dan juga bersyukurbisa memperoleh kesempatan untukmengajarkan sedikit ilmu yang pernah aku dapatkan di bangku sekolah maupun kuliahku dulu. Sejak hari itu, aku begitu akrab dengan mereka dan dari situ belajar memahami kehidupan sekitar.

Sekitar akhir bulan agustus aku harus kembali ke Jakarta, dan itu artinya aku akan meninggalkan semuanya. Di satu sisi aku akan meninggalkan tempat yang begitu menyatu dengan alam, tempat aku berbagi dengan anak-anak laskar pedalaman dan di sisi lain aku harus profesional dengan pekerjaanku di jakarta . Satu hari sebelum keberangkatanku, aku menyempatkan dirike sekolahan tempatku mengajaruntuk berpamitan. Aku melihat raut anak-anak didikku begitu sedikit kecewa karena aku harus kembali ke kota. Saat itu tak kuasa aku menahan air mata, ketika mereka mempersembahkan lagu “Tanah Airku’’. Sempat juga mereka memberikan sebuah lembar kertas berisikesan pesan selama aku mengajar disana, hal itu sangat membuatku terharu. Meskipun hanya sebentar aku mengajar, mereka sudah menganggapku sebagai kelurga barunya di sekolah. Aku memeluk mereka satu-satu sebagai tanda perpisahan. Langkahku meninggalkan sekolahan itu begitu berat, teringat pertamaku datang kesekolah itu. Di halaman sekolahan ini aku bertemu dengan keluarga baru dan di halaman ini pula aku berpisah dengan mereka, lambaian tangan perpisahan mengiringi langkahku meninggalkan halaman sekolah.

Aku yakin kalian pasti akan menjadi orang-orang yang sukses suatu saat nanti, orang-orang calon generasi bangsa selanjutnya. Terima kasih kepada guru-guru di TK – SMP di Yayasan Sekarsari Kalteng, yang telah memberikan kesempatan buat mengajar di sana serta penyambutannya , sungguh betapa mulianya jasa kalian.

---

Aku beranjak dari tempat tidurku dan mencoba untuk keluar menikmati udara di hari yang hampir sore. Secangkir teh panas aku nikmati sore itu di beranda depan tempat tinggalku. Pikiranku menerawang jauh kesana, apakah sudah ada secercah perubahan di sana. Betapa rindunya aku dengan suasana sekolahan sekarsari. “ Seandainya kesempatan itu datang lagi meski hanya 1 menit, aku akan kabarkan pada kalian’’ . Aku terhanyut dalam lamunan.

·Disela-sela kesibukan kerjaku saat ini, aku juga sedang dalam proses seleksiuntuk sebuah program menjadi seorangPengajar Muda di Indonesia Mengajar.

[caption id="attachment_292131" align="alignleft" width="448" caption="Pengajar Muda"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun