Mohon tunggu...
Teguh Arief Septyawan
Teguh Arief Septyawan Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar Sepanjang Zaman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Inginkan Soft Landing

10 April 2014   23:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terjun payung....itulah kata yang tepat jika melihat perolehan suara dari Partai Demokrat. Pada Pemilu 2014 perolehan suara partai berlambang mercy ini hanya mendulang 9,37% suara. Walaupun sosok SBY sudah turun tangan mengomandoi partai berlambang mercy, tetap saja skandal kasus korupsi yang menimpa sejumlah pengurus partai dinilai menjadi penyebab turunnya elektabilitas partai ini.

Melihat ambruknya perolehan suara Partai Demokrat, sudah pasti saat ini SBY sedang berpikir keras untuk berkoalisi dengan partai apa dan mendukung siapa. Karena bukan tidak mungkin SBY akan berusaha mengamankan hasil-hasil dari kerja keras dirinya selama dua periode dirinya menjadi Presiden. Dimana kebiasaan di Indonesia adalah ketika diatas ganti orang, sudah pasti arah dan tujuan dari semua yang telah ditetapkan akan berganti arah pula seusai dengan visi dan misi partai dan calon presidennya.

Jika SBY membiarkan hal ini, maka pondasi yang telah dibuatnya akan tergantikan dan dirinya tidak memiliki monumen yang dapat diingat generasi muda sebagai kepala negara yang sukses dipilih secara langsung oleh rakyat selama 2 periode.

Isu koalisi sudah pasti menjadi alternatif yang harus ditempuh SBY dan Demokrat jika mereka ingin terus berada di kabinet dan mengamankan kebijakan yang telah diambil SBY selama memimpin. Karena mereka tidak mungkin ngotot memajukan jagoannya dengan perolehan suara dibawah 10 persen.

Sekarang pertanyaannya adalah mau berkoalisi dengan siapa Partai Demokrat pada pilpers Juni mendatang ?

Jika ditelisik lebih dalam, sepertinya koalisi PDIP-Demokrat tidak akan pernah terjadi. Mengingat PDIP merupakan partai oposisi ditambah lagi hubungan antara Megawati dan SBY kurang harmonis. Bahkan SBY dicap oleh Megawati sebagai pengkhiatan ketika dirinya mundur dari jabatan menteri di era Megawati berkuasa untuk maju dalam Pilpres 2004 lalu.

Sementara jika SBY memilih Golkar, maka sudah dapat dipastikan porsi Wapres yang hanya tersedia bagi Demokrat. Begitu pula jika SBY memaksakan Demokrat berkoalisi dengan poros tengah seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS sepertinya koalisi akan kecil kemungkin porsi Presiden dapat dicapai, karena partai poros tengah yang didominasi partai islam pasti memiliki jagoannya masing-masing yang akan diusung.

Tapi jika SBY mau mengalah agar jagoannya mau menduduki kursi Wapres melalui konvensi yang dibuatnya, koalisi dengan Gerindra masih sangat memungkinkan. Walaupun Gerindra sering berseberangan dengan SBY dalam berbagai kebijakan, namun faktor Prabowo dan Dahlan Iskan bisa menandingi elektabilitas Jokowi dengan pasangannya kelak. Apalagi sepak terjang SBY selama menjadi jenderal tidak berseberangan dengan Prabowo, jika dibandingkan dengan Prabowo dengan Wiranto.

Hal-hal diatas tentunya harus dipilih oleh SBY, dimana pada diakhir masa jabatan SBY sebagai Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat selama 2 periode (10 tahun masa bakti) dirinya tidak mau hard landing dari posisi sebagai orang nomor satu di Indonesia.

Dirinya menginginkan agar bisa soft landing diakhir masa jabatannya, dimana program-program yang telah direncanakan para eranya dapat diadaptasi atau mungkin diteruskan oleh penerusnya. Sehingga wibawa SBY sebagai mantan Presiden dan Ketua Umum Demokrat dapat terangkat dimata konstituennya, sehingga Demokrat bisa bertarung kembali pada pemilu tahun 2019 mendatang.

Kita tunggu saja langkah dan strategi dari seorang SBY dan Partai Demokrat sebagai partai yang berkuasa selama 10 tahun belakangan ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun