Mohon tunggu...
Teguh Arief Septyawan
Teguh Arief Septyawan Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar Sepanjang Zaman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Alay & Cabe-cabean Menghiasi TV

20 Maret 2014   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di masa lampau tentu tak sulit mendapatkan tayangan ditelevisi yang memiliki sisi hiburan dan edukatif. Sebut saja sinetron Keluarga Cemara yang sarat akan nilai disetiap episodenya. Namun belakangan ini tayangan seperti diatas sangat sulit didapati atau bisa diistilahkan langka.

Ketika era reformasi muncul dan seluruh kran kebebasan pers dibuka lebar-lebar nampaknya hingga saat ini seperti kebablasan. Sayangnya kebablasana dalam hal negatif. Coba kita lihat teror sinetron yang merasuki seluruh siaran televisi  dijam prime time, membuat kita terpenjara untuk melihat sinetron yang aktor dan artisnya itu-itu saja.

Ketika sinetron tersebut laku, seakan kompak seluruh stasiun televisi menayangkan sinetron yang temanya sama hanya beda judulnya saja. Saat program komedi dan joget-jogetan sangat laris-manis, seluruh stasiun berebutan menampilkan tayangan yang genrenya sama.

Alhasil saat ini kita melihat tayangan televisi ga jauh-jauh dari becanda-candaan, hiptonis-hipnotisan, hingga joget-jogetan. Rupanya tayangan diatas berdampak kepada para penonton yang langsung menyaksikan distudio atau tempat program itu dilaksanakan.

Muncullah generasi muda yang mulai berdandan dan bergaya aneh, mulai dari anak-anak alay, anak muda yang kebanci-bancian, hingga yang trend saat ini munculnya generasi cabe-cabean.

Adapun istilah Cabe cabean adalah sekumpulan cewek cewek yang sukanya jalan jalan bareng dengan pakaian yang minim, dandan serta make up yang overdosis, gaya yang sok intelek dengan gadget terbaru.

Sedangkan anak "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan"atau "anak lebay".Istilah ini merupakan penggambaran gaya hidup norak atau kampungan.

Mereka-mereka ini seakan tidak pernah absen menonton langsung acara tersebut, entah memang penonton bayaran atau emang penonton yang mau eksis di media televisi. Lalu itu semua salah siapa?Tidak ada yang salah, namun tidak ada yang mengatur saja.

Bagi stasiun televisi saat ini tidak lagi dibutuhkan yang namanya tayangan edukatif, yang penting menghibur dan meraup untung itu sudah cukup. Peran pemerintah dimana yang harusnya menjadi wasit dalam pertarungan dunia televisi.

Rupanya KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) belum berani dan segagah KPK (Komisi Penanggulangan Korupsi) yang sama-sama dibawah perintah Presiden. Ketika KPK berani menegur, menyelidiki, hingga memberi sanksi, harusnya hal yang sama berani dilakukan oleh KPI.

Atau jangan-jangan KPI takut kepada para pemilik media swasta yang notabene lebih dekat dengan orang-orang politik. Jangan sampai rakyat atau pemirsa yang dirugikan atas sikap tersebut. Sudah saatnya mengembalikan tayangan-tayangan yang sarat akan hiburan yang edukatif.

Jangan sampai bangsa ini melahirkan generasi alay dan cabe-cabean karena minimnya tayangan yang bermutu serta kebijakan pemerintah yang pro rakyat dalam hal ini KPI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun