Mohon tunggu...
Teguh Arief Septyawan
Teguh Arief Septyawan Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar Sepanjang Zaman

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Rokok Berubah Menjadi Sembako

12 Mei 2014   23:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_335922" align="aligncenter" width="275" caption="Say No To ROKOK"][/caption]

Beberapa hari yang lalu, ketika sedang menjalankan rutinitas pekerjaan editing. Seperti biasanya sebelum menentukan alur editing, biasanya saya melakukan preview gambar terlebih dahulu, untuk mengetahui gambar mana saja yang dapat digunakan.

Saat lagi asyiknya preview gambar tiba-tiba saya dibuat tercengang dan juga tertawa. Ketika tim kami sedang mewawancarai seorang ibu yang mendapatkan bantuan modal usaha, kebetulan sang ibu memiliki usaha toko kelontong. Toko kelontong atau lebih dikenal toko sembako berada persis ditepian rel kereta api.

Saat si ibu ditanya, barang apa saja yang laku di warungnya itu, dengan nada lantang sang ibu menjawab “disini yang laku SEMBAKO mas”. Ketika minta diperinci jenis sembakonya apa saja, sang ibu menjawab “Beras dan ROKOK, mas”.

Langsung saja saya terheran mendengar jawaban sang ibu. Kenapa?

Karena sepengetahuan saya Sembako merupakan singkatan dari Sembilan Bahan Pokok alias bahan-bahan keperluan utama keluarga, seperti beras, gula, sayuran, daging2an, minyak tanah/elpiji, susu, telur, minyak goreng, dan garam. Lalu dimana posisi Rokok seperti yang ibu itu bilang.

Rupanya ketika diperinci lebih dalam, rokok saat ini sudah menjadi barang kebutuhan pokok keluarga. Karena sudah pasti 9 dari 10 keluarga yang saya tanya pasti semua kepala keluarga atau orang yang ada didalam rumahnya merokok.

Berarti rokok menggeser salah satu dari sembilan kebutuhan pokok dong. Entah dibilang miris, prihatin atau apa. Menurut sang ibu pemiliki warung, dan hal ini amini oleh pemilik warung lainnya, rokok menjadi salah satu andalan warung mereka. Walaupun belinya mahal dan untungnya sedikit, namun perputaran rokok lebih cepat dibandingkan perputaran sembako lainnya yang berada disetiap warung.

Terus siapa yang salah dong? Ibu penjual warung itu?para perokok?atau pemerintah sebagai pemangku kebijakan? Silahkan anda nilai sendiri.

Yang jelas dengan masuknya rokok kedalam kategori sembako (versi masyarakat), sudah otomatis bangsa ini sedang ‘sakit’. Karena generasi tua, generasi muda, dan calon generasi bangsa ini sudah terpapar dengan yang namanya ‘asap rokok’.

Saya bangga karena tidak merokok, tapi saya sudah pasti kewalahan melindungi istri dan anak saya untuk terhindar dari yang namanya perokok dan asap rokok.

Sumber foto: http://meetdoctor.com/article/cara-menghilangkan-kebiasaan-merokok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun