Â
    Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022.  Hasilnya menempatkan Kota Jakarta sebagai wilayah dengan biaya hidup tertinggi yang mencapai Rp14.884.110,27 per rumah tangga per bulan, sedangkan biaya hidup terendah di  Cilacap sebesar Rp5.375.074,97 per rumah tangga per bulan.  Berapa biaya hidup di Kota Bengkulu?  Berdasarkan hasil SBH, biaya hidup di Kota Bengkulu mencapai Rp7.926.909,60 dan menempati urutan ke-46 daerah termahal di Indonesia.
    Mencermati hasil SBH di Kota Bengkulu, ada beberapa hal yang menarik.  Survei Biaya Hidup (SBH) terakhir dilaksanakan tahun 2018 atau lima  tahun yang lalu. Dibandingkan biaya hidup tahun 2018 yang tercatat sebesar 7.809.721,00, biaya hidup kota Bengkulu tahun 2022 hanya mengalami peningkatan Rp117.188.6 atau naik 1,50 persen.  Kenaikan yang cukup rendah.  Bandingkan dengan Jakarta yang kenaikannya mencapai 10,63 persen.
    Selain itu, hasil SBH 2022 juga menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat Kota Bengkulu.  Pergeseran terjadi pada konsumsi makanan yang semula hanya menempati 35,54 persen dari total konsumsi tahun 2018, meningkat menjadi 38,77 persen di tahun 2022.  Sebaliknya konsumsi non makanan menurun dari 64,46 persen menjadi 61,23 persen.  Meskipun menurun, konsumsi non makanan masih dominan dalam pola konsumsi masyarakat Kota Bengkulu. Tingginya konsumsi non makanan juga tercermin dari besarnya proporsi komoditas non makanan dalam pola konsumsi.  Dari sepuluh komoditas yang memiliki bobot terbesar dalam struktur pengeluaran rumah tangga, tujuh diantaranya adalah komoditas non makanan, dan hanya tiga komoditas (beras, nasi dengan lauk/makanan jadi dan rokok kretek) yang merupakan kelompok makanan. Ke-10 komoditas dengan proporsi terbesar adalah bensin (BBM), listrik, beras, kontrak rumah, mobil, rokok sigaret kretek mesin, biaya langganan internet, sewa rumah, nasi dengan lauk, dan biaya akademi/perguruan tinggi.
     Hasil SBH 2022 Kota Bengkulu menunjukkan bahwa besaran biaya hidup di Kota Bengkulu selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan besar. Hal ini bisa menunjukkan dua hal.  Pertama, harga-harga barang kebutuhan rumah tangga relatif stabil dan terkendali, sehingga tidak mengalami lonjakan berarti, atau yang kedua, daya beli rumah tangga dalam lima tahun relatif stagnan.  Alasan pertama dapat kita konfrontasi dengan angka Indeks Harga Konsumen (IHK).  Hingga Desember 2022, IHK kota Bengkulu telah menyentuh angka 113,18 (Tahun 2018=100).  Angka indeks ini lebih tinggi dibandingkan perubahan nilai konsumsi atau biaya hidup yang tercatat sebesar 1,50 persen.  Artinya ada kemungkinan bahwa inflasi dalam lima tahun terakhir berpotensi lebih rendah atau daya beli relatif stagnan.  Rendahnya daya beli diduga berkaitan dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir dua tahun pada 2020-2021. Situasi ekonomi yang tidak normal akibat pandemi inilah yang juga melatarbelakangi pelaksanaan Survei Biaya Hidup tahun 2022, yang bertujuan untuk memutahirkan diagram timbang paket komoditas yang digunakan sebagai dasar penghitungan IHK. Dengan adanya pandemi dan gaya hidup, terjadi perubahan pola konsumsi yang dicirikan diantara lain menghilangnya komoditas tertentu dalam pola konsumsi rumah tanga, dan timbulnya komoditas baru yang menjadi konsumsi rumah tangga.  Beberapa jenis barang yang "menghilang" dari paket komoditas rumahtangga diantaranya adalah play station (PS), lampu emergency, CD/DVD Player, majalah, tabloid, dan sebagainya. Komoditas tersebut semakin jarang atau sangat sedikit dibeli oleh rumah tangga, sehingga tidak lagi masuk dalam paket komoditas IHK. Sebaliknya beberapa komoditas muncul, diantaranya masker, hand sanitizer, rokok elektrik, vape liquid, receiver TV dan sebagainya yang mencerminkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi.
    Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi juga tercermin dari pergeseran konsumsi makanan yang meningkat dari 35,54 persen menjadi 38,77 persen. Ada dua hal yang disinyalir menjadi faktor penyebabnya.  Pertama, terkait dengan penurunan daya beli masyarakat.  Makanan merupakan kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi, sehingga ketika daya beli menurun, mereka akan mengutamakan membeli kebutuhan makanan dibandingkan non makanan, sehingga secara proporsional konsumsi makanan akan meningkat dibandingkan konsumsi non makanan.  Kedua, terkait dengan gaya hidup. Sebagaimana kita ketahui, penyedia kuliner di Kota Bengkulu semakin bertambah, dengan sajian menu yang semakin beragam. Usaha kuliner masa kini bukan hanya sekedar menjual makanan dan minuman, tetapi juga menjual "suasana", sehingga harga jual makanan dan minuman bisa diatas rata-rata.  Peningkatan harga makanan dan minuman, akan meningkatkan nilai konsumsi sehingga secara persentase juga akan meningkat.
    Meskipun proporsi konsumsi makanan meningkat, tetapi ragam komoditas yang memiliki bobot besar dalam konsumsi rumah tangga didominasi oleh pengeluaran non makanan, khususnya untuk keperluan transport (bensin/BBM, dan mobil), keperluan perumahan (listrik, kontrak dan sewa rumah), keperluan informasi/komunikasi (biaya langganan internet), dan pendidikan (biaya kuliah akademi/perguruan tinggi).  Sedangkan konsumsi makanan yang memiliki bobot besar adalah beras,, rokok sigaret kretek mesin, nasi dengan lauk.  Namun demikian, sepuluh komoditas di atas hanyalah sebagian kecil dari jenis barang yang dikonsumsi rumah tangga di kota Bengkulu.  Berdasarkan hasil SBH 2022, jenis komoditas yang masuk dalam paket kosumsi rumah tangga se Kota Bengkulu mencapai 360 jenis barang.Â
    Apakah anda akan membeli semua jenis barang tersebut?  Tetaplah bijak dalam mengatur pengeluaran rumah tangga.
Tulisan ini juga telah tayang di Mengulik Biaya Hidup di Kota Bengkulu dari penulis yang sama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H