Jakarta merupakan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Sebagai ibukota, Jakarta merupakan kota metropolitan yang padat penduduk.  Berdasarkan data Sensus  Penduduk 2020, jumlah penduduk kota Jakarta mencapai 10,56 juta jiwa.  Sebagai daerah metropolis, Jakarta mengalami perkembangan dari masa ke masa.
   Menurut catatan sejarah, Jakarta bermula dari kota pelabuhan bernama Sunda Kelapa.  Sunda Kelapa telah dikenal sejak masa kerajaan Taruma Negara pada abad kelima masehi.  Selanjutnya kota pelabuhan ini menjadi bagian dari Kerajaan Pajajaran.  Tahun 1527 M,  Fatahilah dari kesultanan Cirebon menguasai Sunda Kelapa dan mengubah nama menjadi Jayakarta.  Belanda datang ke Jayakarta pada tahun 1596 M.  Awalnya Belanda hanya meminta izin untuk mendirikan loji (bangunan perkantoran) kawasan Sunda Kelapa.  Namun 30 Mei 1619 M,  Belanda merebut dan menguasai Jayakarta, serta mengubah namanya menjadi Batavia. Batavia sempat dikuasai Inggris tahun 1811  M ketika Belanda kalah perang melawan  Inggris.  Namun tahun 1816 diserahkan kembali kepada Belanda.  Tahun 1942, Belanda menyerah kepada Jepang.  Batavia dikuasai Jepang dan diubah namanya menjadi Jakarta.
   Ketika awal dikuasai Belanda,  tentu saja Jakarta atau Batavia belum seramai sekarang.  Menurut catatan Rafles dalam History of Jawa,  pada tahun 1700, penduduk Batavia baru mencapai 20.072 orang yang tinggal di dalam kota, dan 32.478 orang yang tinggal di pinggiran kota.  Dari jumlah tersebut, orang Eropa hanya berjumlah 1.785 orang  (di dalam kota) dan 215 orang (di pinggiran kota).  Setelah itu, pelan namun pasti penduduk kota Batavia berkembang terus hingga pernan mencapai jumlah 100  ribuan jiwa pada tahun 1735.  Berikut adalah perkembangan penduduk Batavia tahun 1700 s.d 1735 sebagaimana dicatat oleh Rafles dalam buku History of Java.
Tabel  :  Jumlah Penduduk Kota Batavia Tahun 1700 s.d 1735 M
TahunPendudukPusat Kota BataviaPinggiran KotaOrang EropaEropa dan PribumiOrang EropaEropa dan Pribumi
17001.78520.07221532.47817051.77119.752417*49.483*17101.71620.8536858.76117151.66322.24241164.65717201.6121.15636167.79217251.61523.75233272.21817301.3320.42920980.73617351.33820.54723474.367Sumber  :  The History of Jawa oleh Thomas Stamford RaflesCatatan  :  *)  menggunakan data tahun 1706, karena data tahun 1705 tidak tercatat.
Apa artinya data ini ?
Pertama, data ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, setidaknya pada kurun 1700 – 1735, jumlah penduduk di dalam kota relatif tetap.  Ini merupakan dampak kebijakan pemerintah colonial yang menerapkan aturan ketat bagi mereka yang tinggal di dalam kota.  Sedangkan penduduk daerah pinggiran kota cenderung meningkat.  Kemungkinan pada saat itu cukup banyak penduduk pribumi yang migrasi mengadu nasib ke ibukota.Â
Kedua, data ini mengungkapkan bahwa orang Eropa yang berada di Batavia amat sangat sedikit. Â Jumlahnya tak lebih dari 2.000 orang. Â Bandingkan dengan penduduk pribumi yang jumlahnya hampir 100 ribu orang. Â Bayangkan, Â bagaimana dua ribu orang dapat mengendalikan seratus ribu orang. Â Selanjutnya mari kita berfikir. Â Batavia sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda (Dutsch Indie) saja hanya berisikan 2.000 orang Eropa, apalagi kota-kota kecil lainnya di Nusantara. Â Dapat dipastikan jumlah orang Eropa jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk pribumi. Â Tetapi mengapa jumlah yang amat sangat sedikit itu mampu berkuasa selama 350 tahun ? Â Tentulah tak lepas dari politik memecah belah dan menguasai (devide et impera) yang diterapkan oleh penjajah Belanda.
Tentu kita tak ingin sejarah penjajahan ini berulang. Â Karena itulah persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga.Â
Data tak sekedar angka. Â Data Bisa Bercerita. Â Data mencerdaskan kehidupan bangsa.