Mohon tunggu...
Teguh Usis
Teguh Usis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jurnalis yg masih terus belajar menulis tulisan populis yg manis-manis. Mengelana di dunia maya via @teguhusis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Garuda Muda, Kau Bayar Tunai Segalanya

19 Desember 2013   19:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:44 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Garuda Muda mengembangkan kepaknya dengan bangga. Terbang menjelajah, mengangkasa, menebar murka. Ketika mendarat ke bumi, Harimau Malaya tak berdaya. Terkapar, menangis nelangsa.

Ya, Garuda Muda sudah menuai rekor. Dendam kesumat Rahmad Darmawan pada final Sea Games 2011 lampau, terbayar lunas. Adu tos-tosan bernama penalti akhirnya mengantarkan Merah Putih berlaga di final Sea Games 2013 Myanmar.

Siapa pun lawanmu di final nanti, Garuda Muda – entah itu Thailand atau Singapura – kembalilah kau bermain gembira. Rasanya, hanya itu resep ampuh untuk membalikkan keadaan: dari bukan siapa-siapa menjadi sang juara. Tak usah kau pikirkan hasil akhir. Sebab, skor di ujung ketika wasit sudah meniup peluit panjang adalah perjalanan dari awal hingga akhir. Dari menit pertama hingga menit ke-90. Bila sepanjang 90 menit kau bisa bermain dengan riang, niscaya semangatmu akan terus terpicu. Tak kenal lelah, berlari menjelajah.

Pada dua pertandingan terakhir – melawan Myanmar dan Malaysia – Fandi Eko cs sudah menerapkan resep bermain dengan gembira. Tak percaya? Lihat saja wajah-wajah para pemain kita. Disikat lawan, tapi senyum tetap menawan. Jatuh, lalu bangkit lagi, dan kembali berlari. Hormon endorfin – sebagai pemicu rasa gembira – menjadi bertambah. Lalu, terbitlah  semangat tak kenal menyerah.

Sepakbola mengalir kini memang sudah jadi kiblat permainan. Nyaris semua kesebelasan besar di dunia, menganut gaya semacam ini. Bahkan, kesebelasan di Liga Inggris – yang dulu terkenal dengan gaya permainan direct – pun sudah meninggalkan permainan umpan-umpan panjang.

Dengan sentuhan satu-dua, aliran bola menjadi lancar. Lawan kelabakan, lalu kelelahan. Dan, coach RD agaknya sudah mengadopsi gaya itu dengan cukup baik. Tentu semua berawal dari gaya permainan yang diterapkan adik-adik timnas Indonesia di Sea Games, yakni timnas U-19 yang begitu digdaya mengempaskan Korea Selatan, Oktober silam.

Diego Michels cs pun tentu terinspirasi dari gaya permainan Evan Dimas dan kawan-kawan. Sentuhan bola satu-dua, diselingi beberapa kali dengan through pass yang ciamik, terbukti menjadi senjata ampuh. Lawan gentar.

Lelah? Pastilah. Namun, harga diri bangsa jauh di atas segala rasa payah. Garuda Muda tak ingin nama Indonesia dan kibar Sang Saka dihina-dina. Malaysia sudah amat sering mencela. Kini, di Myanmar, Kurnia Meiga menjadi pahlawan. Dua kali tepisannya pada adu penalti, berharga amat mahal: kemenangan!

Tinggal kini bagaimana RD menyiapkan mental anak-anak asuhnya menghadapi partai final. Ya, mental juga menjadi sebuah kunci penting bagi kemenangan. Namun, percayalah, bahwa mental pun tetap berkaitan dengan kegembiraan. Rasa riang membuat tak kenal takut. Siapa pun lawan akan diterjang.

Semoga pada partai final nanti, kegembiraan bermain tetap kau utamakan, wahai Garuda Muda....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun