Mohon tunggu...
Teguh Usis
Teguh Usis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jurnalis yg masih terus belajar menulis tulisan populis yg manis-manis. Mengelana di dunia maya via @teguhusis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bung Karno Tidak Mati

20 Desember 2013   22:28 Diperbarui: 9 Oktober 2020   16:33 14348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit Jakarta sore itu sudah gelap. Kaca depan mobil sudah ada titik air, pertanda hujan akan segera mengguyur Ibu Kota. Jalanan teramat macet. Mobil hanya bisa beringsut pelan. 

Saat itulah, tiba-tiba saja sang supir mobil kantor membuka pembicaraan. “Pak, negara kita ini sebenarnya amat kaya. Di beberapa daerah, ada bunker yang menyimpan peti berisi emas”. 

Seketika, saya tengah mengantuk, jadi tersentak. Omongan soal harta terpendam yang tertanam di Bumi Pertiwi, sudah pernah saya baca beberapa kali. Tapi, baru saat inilah saya mendengar langsung dari mulut orang. 

Sebenarnya, ingin saya acuhkan saja omongan si supir, lalu kembali menyambut rasa kantuk. Namun, rupanya dia menjadi bersemangat ketika tahu dan melihat saya menegakkan kepala. 

Dia lanjutkan kicauannya. “Cuma, harta itu nggak bisa diambil sekarang, Pak. Harta itu hanya bisa diberikan kepada pemerintahan yang benar-benar memperhatikan nasib rakyatnya”. 

Mendengar sang supir tak berhenti menyerocos, saya pun kehilangan rasa kantuk. Untuk menjaga suasana, akhirnya saya bertanya setengah hati, “Oya? Di mana saja peti berisi emas itu berada?”

Merasa mendapat respon dari saya, sang supir pun melanjutkan kisah. Sekilas saya dengar – karena sebenarnya saya masih enggan membicarakan ihwal tak jelas seperti ini – dia menyebut beberapa tempat, antara lain di Bogor, Depok, Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 

“Nanti, Pak Karno yang akan membagikan sendiri harta itu, Pak. Soalnya, Pak Karno-lah yang menjaga harta tersebut,” ujar sang supir.

Mendengar nama Sang Proklamator disebut, saya hanya tersenyum. Respon yang biasa dari saya itu, membuat sang supir bertanya, “Bapak nggak percaya ya? Pak Karno itu belum mati, Pak. Dia masih hidup. Sekarang dia tinggal di sebuah wilayah di Cilegon,” kata sang supir.

Dia lalu melanjutkan, bahwa selama ini hanya beberapa orang saja yang mengetahui secara persis bahwa Bung Karno belum mati. Mereka kerap menjumpai Bung Karno. Orang yang tahu ihwal keberadaan Bung Karno di antaranya adalah beberapa anak Bung Karno. 

Nah, hebatnya lagi, si supir mengakui bahwa dia pun beberapa kali berjumpa dengan si Bung. “Pak Karno ini sering menangis melihat kondisi bangsa kita, Pak,” ucap sang supir. 

“Memang Bung Karno nggak bisa mati ya?” tanya saya.

“Bisa, Pak. Tapi, Pak Karno baru akan mati jika sudah datang Dajjal ke muka bumi,” jawabnya.

Sang supir terus berkisah. Saya pun kian tak kuat menahan kantuk. Apalagi, di luar hujan sudah melebat. Rasanya saya bermimpi dalam tidur yang cukup lelap itu. Namun, untunglah saya tidak bermimpi berjumpa dengan Bung Karno. 

Seingat saya, dalam mimpi yang sekejap itu, saya menyaksikan betapa rakyat merindukan pemimpin yang bersih. Pemimpin yang benar-benar memperhatikan nasib rakyatnya. Pemimpin yang bersikap adil dan melindungi. 

Pemimpin yang tidak menumpuk kekayaan dengan cara korupsi. 

Ketika terbangun dan sudah tinggal sepelemparan batu dari kantor, saya segera tersadar. Wajarlah jika sampai kini masih banyak rakyat yang meyakini mitos soal Bung Karno ini. Mereka tak dapat disalahkan. Sebab, mereka mendengar cerita bahwa betapa Bung Karno  bisa menjadi panutan rakyat. Perhatian si Bung kepada rakyatnya – misalnya terwujud dalam bentuk Marhaenisme – masih tetap melekat di benak sebagian besar rakyat Indonesia. 

Lantas, tahukah para pemimpin kita bagaimana rakyat sangat memimpikan pemimpin mereka seperti sosok Bung Karno? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun