Pepatah yang berbunyi, Tua-tua keladi makin tua makin jadi, agaknya cocok untuk seniman besar Titiek Puspa. Di usianya yang sudah menginjak  81 tahun pada 1 November  lalu,  Titiek belum mau menyatakan berhenti dari bermusik. Sebaliknya malah semakin produktif. Bukan hanya produktif dalam berkesenian tapi masih merasa gelisah. Apa yang digelisahkan? Â
Wanita bernama asli Sudarwati yang kemudian diubah menjadi Kadarwati dan  diubah lagi menjadi Sumarti ini, mengaku masih punya banyak hutang terhadap Bangsa Indonesia. Hutang pertama ketika melihat anak-anak Indonesia tidak memiliki lagu khusus anak-anak. Di situ Titiek merasa berhutang. Kenapa dirinya tidak membuat lagu untuk anak-anak. Itu sebabnya pada tahun 2016, Titiek Puspa menggagas proyek yang diberi nama  'Duta Cinta' menyeleksi 10 anak-anak Indonesia yang bersuara emas dan dibuatkan album/ lagu-lagunya khusus untuk anak-anak.Â
Kendati masih mencipta lagu, Titiek Puspa menolak saat disiebut dirinya sebagai pencipta lagu paling produktif. Bahwa di usia  yang sudah  tua masih membuat lagu, itu  betul, tapi tidak paling produktif. Titiek membandingkan dirinya dengan seniman lain yang dalam waktu  singkat telah mencetak karya lebih banyak.
"Kalau mau menghitung -- hitung, Â saya di atas panggung hiburan sudah 64 tahun. Tapi album saya masih bisa dihitung. Yang lain sudah berapa ratus CD yang telah dibikin. Berapa album yang telah dikeluarkan? Saya ingin bikin aja. Saya bikin untuk anak indonesia. Karena harus bayar hutang. Sama Gusti Allah sama negeri ini," tutur Titiek Puspa. Â
Dan hingga kini, Titiek merasa belum tuntas berkesenian dan menyumbang untuk negara. Itu sebabnya dirinya masih merasa gelisah. Mencari cara untuk bisa berkontribusi mengatasi persaoalan bangsa. Dan kegelisahan yang menghantui Titiek Puspa saat ini, adalah  seputar sampah. Bagaimana tidak gelisah, setiap hari, selama masih ada kehidupan, sampah akan terus dihasilkan.
Menurut Titiek Puspa, seperti yang disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (B3), pada tahun 2017 jumlah sampah yang dihasilkan sebesar, 65,8 juta ton. Dan diperkirakan meningkat menjadi 66,7 juta ton pada tahun 2018.
Sampah itu harus dikelola dengan baik supaya tidak menganggu kehidupan dan lingkungan. Apalagi jumlahnya sangat besar dan dari jenis yang bermacam-macam. Ada sampah  organik, non organik dan beracun. Mengelola sampah yang jumlahnya begitu besar itu tidaklah  mudah. Harus secara bersama-sama mengatasi ini.
Nah, sampah yang dihasilkan rumah tangga ini perlu sosialisasi dan edukasi agar mereka mau secara sadar setidaknya memilah sampah antara organik dan an organik sebelum dibuang. Upaya yang menurut Titiek Puspa cukup efektif  dalam membangkitkan kesadaran kepada masyarakat adalah dengan membuat lagu dan disosialisasikan melalui video klip.
Lalu dibuatlah lagu berjudul 'Sampah Sayang' yang kemudian lagu tersebut dinyanyikan oleh sedikitnya 120 penyanyi wanita Indonesia. Alasan Titiek Puspa memilih penyanyi wanita untuk  meyanyikan lagu ini lantaran wanitalah yang melahirkan generasi bangsa Indonesia.
 "Kita ingin pengabdian perempuan Indonesia. Kenapa pengabdian? Karena perempuan yang melahirkan anak bangsa. Kalau perempuan masa bodoh dan tidak peduli, maka  anak cucu kita  akan tinggal di tanah yang busuk. Sekarang saja sumur, airnya sudah berwarna coklat," kata Titiek Puspa menyampaikan kekhawatirannya  atas perkembangan lingkunagn yang ada.