Perayaan  Hari Musik Nasional, sesungguhnya memperingati kelahiran Pahlawan Nasional Wage Rudolf Soepratman, yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah  pada Senin Wage tanggal 9 Maret 1903. Itulah penggalan sambutan politisi Fadli Zon, dalam orasi budaya di Rumah Mataram, sebutan untuk kediaman Ahmad Dhani, di jalan Pinang Emas, Pondok Indah Jakarta Selatan,  pada Rabu (11/3) lalu.
Masih menurut Anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini,  nama 'Rudolf' sesungguhnya nama tambahan. Nama aslinya, Wage Soepratman. Karena mau disekolahkan di Normaalschooll, di Makasar, oleh Willem van Eldik yang tak lain  suami Roekiyem, kakak sulung WR Soepratman, maka disarankan untuk menambahkan nama Rudolf agar terkesan sebagai keluarga Belanda.
Normaalschool sebuah sekolah yang akan mendidik muridnya untuk menjadi Guru Angka Loro. Dan hanya menerima murid dari  kalangan ningrat atau keluarga Belanda.
"WR Soepratman meninggal pada 17 Agustus 1938 di Surabaya tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka. Beliau seorang muslim. Sebelum meninggal beliau sempat berpesan, bahwa beliau telah berjuang dengan biolanya," kata Fadli Zon yang mengaku pernah menulis buku Biografi WR Soepratman.
Sebelum Fadli Zon memberikan orasi budayanya, Tuan Guru Subki Sasaki memberi tausiah tentang  musik menurut kajian Islam. Bahwa menurutnya, musik merupakan bagian dari kebudayaan. Bagian dari hasil cipta karya dan karsa manusia. Dengan musik, manusia bisa terpengaruh menjadi senang, sedih atau bersemangat.
"Saya terbang dari Mataram, Lombok. Sekarang sampai di sini di Rumah Mataram, kediaman saudara kita Ahmad Dhani untuk berkumpul dalam rangka merayakan hari Musik Nasional. Saya berarti dari Mataram menuju ke Mataram," sambut Tuan Guru Subki Sasaki.
Suasana makin hangat ketika Rocky Gerung memberikan orasi budayanya. Sebelum bicara, dari atas panggung, Rocky memerhatikan ke dinding rumah Ahmad Dhani yang banyak memajang foto -- foto kuno orang Indonesia. Akan tetapi, Rocky mengaku tidak mengenal siapa foto-foto yang dikoleksi dan dipajang oleh Ahmad Dhani.
"Diharapkan tiap warga Indonesia bisa menyumbangkan satu not untuk membangun satu orkestrasi nasional demi  menyelesaikan persoalan Indonesia. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi pandemik virus Corona, kasus korupsi Jiwasraya, ekonomi yang menurun, sementara di satu sisi pemerintah sibuk bicara soal pindah Ibu Kota Negara. Ini sebuah orkestrasi yang kacau," kata Rocky Gerung dalam orasinya yang disambut tepuk tangan meriah dari para tamu undangan yang berjumlah sekitar 70 orang.  Â