Mohon tunggu...
Teguh Gw
Teguh Gw Mohon Tunggu... Guru - Pernah menjadi guru

Pemerhati pendidikan, tinggal di Semarang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menang tanpa Ngasorake: Secuil Seni Negosiasi

21 Oktober 2021   07:25 Diperbarui: 21 Oktober 2021   07:29 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhirnya Jenderal mengeluarkan risalah, wangsit yang diperoleh ketika bertapa kemarin. Satu halaman kuarto. Berisi opsi-opsi tindakan, reaksi terhadap perilaku Guru X yang sedang khilaf itu.

---

Opsi A: Guru X diberhentikan dari jabatan, tugas, dan statusnya sebagai guru. Konsekuensi: (1) bla ...; (2) bla bla ...; (3) bla bla bla ...; (4) Sanksi yang sama dikenakan kepada Jenderal sebagai panglimanya. Potensi dampak: [i] Guru X tidak terima dan membawa kasusnya ke ranah hukum; [ii] Jenderal terseret ke lubang "sial" kedua; [iii] muncul gelombang solidaritas dari teman-teman sejawat dan organisasi profesi.  

Opsi B: bla bla ....

Opsi C: bla bla bla ....

Opsi D: Guru X ditegur secara samar. Konsekuensi: Jenderal harus menjamin prosedur operasinya berjalan secara rapi dan pasti. Prosedur: (1) Di antara semua guru yang mengajar di kelas korban dipanggil satu per satu; (2) Masing-masing diberi tahu bahwa [a] ada aduan kasus begini, begitu; [b] yang mengadukan adalah orang tua korban; [c] identitas pengadu, korban, dan pelaku dirahasiakan oleh pengadu; (3) Masing-masing diminta untuk mengevaluasi diri. Tidak perlu saling bertanya dan minta konfirmasi kepada sejawat; (4) Yang merasa sebagai pelaku segera bertobat. Jika sanggup minta maaf kepada korban, lebih baik. Jika ditambah minta maaf kepada orang tua korban, jauh lebih baik. Tidak perlu melapor dan minta maaf kepada panglima; (5) Jenderal memantau perkembangan kasus melalui observasi langsung dan interview dengan teman-teman korban; (6) Orang tua korban memantau perkembangan kasus melalui interview dan observasi perilaku korban; (7) Minimal dua kali dalam seminggu, Jenderal dan orang tua korban saling menanyakan dan memberitahukan hasil pantauannya; (8) Berita dan segala informasi mengenai kasus ini tertutup kepada semua pihak selain 5 orang yang telanjur mengetahuinya: ibu dan ayah korban, Jenderal, dan dua deputi.

---

"Silakan Ibu dan Bapak baca, cermati, dan kaji opsi-opsi yang kami tawarkan. Ibu dan Bapak tidak harus memutuskan pilihan saat ini. Keputusan Ibu dan Bapak tidak hanya akan menentukan nasib Guru X dan panglimanya. Tapi juga menentukan perkembangan jiwa Ananda, setidaknya sampai Ananda lulus dari sini. Untuk itu, saya berikan kesempatan seluas-luasnya sampai Ibu dan Bapak yakin akan ketepatan pilihan Ibu dan Bapak."

Tatapan mata sepasang tamu saling bertemu. Ada isyarat di sepasang bibir dan sepasang mata masing-masing. Hanya mereka berdua yang paham. Telunjuk si Ibu menunjuk salah satu nomor opsi. Si Bapak mengangguk mantap.

"Tidak, Pak," kata si Bapak. "Kami sudah sepakat bulat menentukan pilihan. Tidak perlu ditunda sampai besok atau lusa. Kami yakin, pilihan kami ini opsi terbaik. Semoga berdampak terbaik juga. Buat kami sekeluarga, buat guru X, buat Bapak-bapak pimpinan, dan buat Sekolah."

Dan ... pilihan mereka jatuh pada opsi D!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun