Mohon tunggu...
Teguh Wiyono
Teguh Wiyono Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Berkarya untuk Sesama, Mengabdi untuk Negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Perayaan Halloween Korea Selatan, Salah Siapa?

31 Oktober 2022   18:42 Diperbarui: 31 Oktober 2022   18:52 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar: beritasatu.com

Dunia kembali digembarkan oleh tragedi kemanusiaan yang terjadi pada perayaan Halloween di itaewon ,Korea Selatan. Dalam tragedi tersebut telah menelan ratusan korban meninggal dari kalangan remaja.

Tragedi ini terjadi karena jalan tempat berlansungnya perayaan Halloween tidak mampu menampung banyaknya pengunjung,yang membludak, sehingga banyak dari penonton kehabisan nafas karena situasi yang penuh sesak.

Melihat tragedi di itaewon ini, perlu dijadikan evaluasi dan dijadikan pelajaran siapa yang salah atas kejadian ini. Karena meskipun sama-sama banyak memakan korban, tragedi Itaewon berbeda dengan kasus yang terjadi di Kanjuruhan, Malang.

Untuk melihat siapa yang paling bertanggung jawab, perlu di lihat standar penyelenggaraan mengadakan even dengan melibatkan banyak orang, berikut ulasannya

1. Didalam penyelenggaraan acara yang terbuka dan melibatkan massa dengan jumlah ribuan tentu harus ada panitia penyelenggara, yang mengatur, mengkonsep, yang menentukan tempat yang akan digunakan acara, dan tempat ini mampu menampung berapa banyak pengunjung atau penontonn

Dilihat dari perspektif ini, disinyalir bahwa tragedi  Itaewon korea selatan ini  karena over capacity. Penyelenggara tidak memperhitungkan antusiasme pengunjung  dengan ruang yang tersedia tidak memadai sehingga tragedi ini bisa terjadi.  

Sementara bahwa event ini adalah event pertama dinegeri tersebut pasca terjadi wabah pandemi. Tentu even ini disambut suka cita oleh kaum muda untuk merayakannya.

2. Pengamanan lokasi penyelenggaraan kurang  antisipatif, dengan potensi membludaknya pengunjung akan menimbulkan kerawanan, berhimpitan, namun penyelenggara  tidak melakukan pembatasan yang boleh masuk area penyelenggaraan  even. Antisipasi  yang tidak dilakukan berikutnya  adalah menyediakan water canon untuk memberikan hujan buatan untuk menghidari kehabisan oksigen, dan situasi yang pengap akibat berdesak desakan antar penonton. Dengan water canon akan memberikan efek segar, sehingga rasa pengap saat berdesakan tidak terjadi. Tentu kejadian ini begitu menyayat hati  seluruh warga masyarakat di dunia.

Penulis turut prihatin atas kejadian dan  tragedi yang terjadi di itaewon tersebut, semoga kita bisa belajar dan dapat mengambil pelajaran atas kasus diatas. Jangan sampai kasus semacam.ini terjadi di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun