Mohon tunggu...
Teguh Santoso
Teguh Santoso Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang Biasa yang ingin bersahabat Visit And Follow my Blog http://teguh-23.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Sang Elang

8 Januari 2013   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memburu dan diburu bagian dari kisah sang pengelana dalam menemukan jati diri . Kadang waktu berpihak pada sang pengelana dan terkadang waktu seperti tak berpihak sama sekali.Akankah waktu dan ruang membiarkan perjalanan sang pengelana atau waktu dan ruang tidak lagi ada bagi sang pengelana.
Didalam hutan belantara jauh dari keramaian dan kebisingan roda nasib. Ranting pohon yang menjulang tinggi diantara pepohonan yang besar dan tinggi lainnya , seekor burung elang yang sedang menatap tiap sudut . Matanya menatap tajam terus mengawasi setiap gerakan gerakan yang ada . Sesekali terbang mengelilingi belantara hutan yang lebat , matanya terus mengamati apa yang ada dan terus berputar putar diangkasa raya hutan belantara sambil mengepakan sayap dan sesekali membentangkan sayapnya yang lebar.

Mentari menyambut hari , desiran angin menghembus pelan  manjakan sang elang hingga enggan terbangun dari tidur dari mimpi indahnya.
"Kraak" bunyi yang keras hingga membangunkan sang elang . Mencari sumber bunyi berasal sang elang terbang mengamati apa yang sedang terjadi. Lama mengelilingi namun tak dapat mengetahui ada apa sebenarnya yang barusan terjadi .Bunyi yang "aneh" gumam sang elang lalu pergi terbang dan menghilang dari pandangan.
Dari semak semak gerakan mengendap-endap sambil mengendus lalu berlari terus menerus diulanginya . Tidak tahu pasti apa yang dicarinya namun mata elang dapat memantaunya dari kejauhan terus mengamati tiap gerak geriknya . Sekelebat langkah yang tadi mengendap endap sambil mengendus hilang dari pandangan kini berada dalam cengkraman kuku kaki sang elang .

Satu lagi gerakan tertangkap dari pandangan mata sang elang  , sekelebat  dan secepat kilat sang elang menyambarnya dengan cengkraman kuat dan membawa terbang  musuhnya yang selalu merayap-rayap yang suka memamerkan lidahnya dan sering pula mengambil telur telur kepunyaan sang elang.

"Door" lagi lagi suara menggelegar membangunkan sang elang yang sedang bercengkrama diatas ranting-ranting pohon , bukan hanya suara yang mengganggu tapi sekaligus memuntahkan logam yang meluncur hampir mengenai kepala sang elang . Elang pun pergi terbang dan menghilang dari pandangan meninggalkan gerombolan yang barusan ingin mencelakai dirinya , entah apa yang dicari oleh gerombolan tersebut.

Waktu terus berlalu mentari dan rembulan silih berganti seperti bergantungan didinding langit yang megah.Elang tak terlihat dari pandangan . Yang bergerak mengendap-endap dan yang suka bergerak merayap sambil menjulurkan lidah pun tak terlihat oleh pandangan pula . Suara yang aneh dan gerombolan yang suka mengeluarkan butiran logampun tak ada lagi tampak dari pandangan.
Semua seakan hilang semua seperti sirna , bukan ditelan bumi karena bumi tetap ada dan bumi pun kehilangan mereka .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun